Daftar Blog Saya

Rabu, 19 April 2017

Membebaskan Dewi by Santhy Agatha

Keisha mengerutkan keningnya memandang hutan karet yang terbentang di hadapannya, dia
benar-benar tidak menyangka bahwa tempat KKN-nya benar-benar terpencil. Hampir 40
kilometer dari pusat kota, perjalanan harus ditempuh dengan jalur darat, melewati hutan yang
gelap dan jalanan yang jelek tidak beraspal, membuat tubuh mereka berguncang-guncang di
perjalanan, di dua konvoi mobil yang mereka naiki. Mereka satu team ada bersepuluh, Keisha
sendiri dari Fakultas Ekonomi sedang teman-temannya yang lain berasal dari fakultas yang
berbeda-beda.
Sekarang sudah hampir dua bulan Keisha di sini, masa KKNnya sudah hampir habis. Perasaan lega dan puas bercampur aduk di benaknya. Setidaknya dia telah melakukan sesuatu. Penduduk
sekarang tahu cara pengolahan sampah organik menjadi kompos, mereka juga telah melakukan
daur ulang sampah menjadi sesuatu yang berguna.
Hanya satu yang masih mengganjal, penduduk sekitar sini masih kental aliran kleniknya, yang
diwariskan turun temurun dari para tetua kepada penerusnya. Keisha masih sering melihat
sesajen di bawah pohon-pohon besar ataupun di perempatan jalan yang membuat bulu
kuduknya berdiri. Dan ada satu lagi yang mengganggunya, penduduk desa kebanyakan baik dan
ramah, mereka menganggap Keisha dan group KKNnya seperti keluarga sendiri, tetapi
sayangnya.... ada bocah perempuan itu, bocah perempuan kecil berusia tujuh tahun yang
dipasung di bagian belakang rumah kepala desa.
Keisha sangat sedih melihatnya. Kenapa pemasungan masih berlaku di sini? Kenapa
memperlakukan manusia kecil itu layaknya hewan yang tak berguna? Ini sungguh tidak
manusiawi, Ketika pertama kali mengetahui hal ini, Keisha sempat menemui kepala desa dan
memprotes.
Kepala Desa hanya menatap Keisha dengan tegas,
"Anak itu, namanya Dewi. Dia dirasuki iblis.... dia ditemukan di atas mayat ibunya yang
bersimbah darah, sambil memegang pisau. Kami menduga dia menusuk ibunya sendiri dengan
pisau dan membunuhnya. Penduduk ketakutan padanya, dan karena tidak ada lagi keluarganya,
penduduk menyerahkannya kepada saya dan meminta saya untuk memasungnya."
"Tetapi dia masih tujuh tahun! memangnya apa yang bisa dilakukan anak tujuh tahun? Lagipula
kalian belum bisa membuktikan bahwa dia membunuh ibunya bukan? Bisa saja orang lain yang
melakukannya lalu melemparkan dosanya kepada anak kecil yang tidak berdaya? Kalaupun dia
membunuh ibunya, kalian tentu saja bisa menyerahkannya kepada yang berwajib biar dia
mendapatkan perawatan yang baik bukannya malahan dipasung seperti ini! Ini sungguh tidak
berperikemanusiaan! Saya tidak akan membiarkannya!"
Dan Keishapun bertindak, dia mengurus segalanya, menghubungi bagian-bagian terkait di kota
untuk membantunya. Temannya di komisi perlindungan anak berjanji akan mengurus Dewi
setibanya di kota dan kemudian mengevaluasi kondisi Dewi, kalau memang ada gangguan
kejiwaan, Dewi akan mendapatkan perawatan yang terbaik.
Ketika masa KKNnya sudah hampir berakhir, Keisha menyampaikan kemauannya itu kepada
kepala desa, semula kepala desa tidak setuju,
"Jangan non Keisha, Tidak baik membawa Dewi ke kota, sudah saya bilang dia dirasuki iblis, dia
bisa membunuh siapa saja, bukan hanya ibunya. Biarlah dia dipasung di desa ini, kami yang akan
menjaga dan mengurusnya supaya tidak melukai orang lain...."
"Saya bisa menuntut anda karena perlakuan tidak baik kepada anak kecil." Keisha menatap
kepala desa penuh tekad. Dalam benaknya membayang tentang Dewi, anak kecil itu, dipasung di
belakang rumah kepala desa dalam ruangan seperti kandang, bau pesing menyengat di sana, dan
pakaian anak itu begitu lusuhnya seolah tidak pernah mandi. Tidak ada yang berani mendekati
anak itu, hanya pengurusnya yang melemparkan makanan dan air, itupun dari jauh. Dewi benar benar diperlakukan seperti hewan. Hati Keisha miris melihat betapa Dewi sebenarnya adalah
anak yang cantik, di usianya yang tujuh tahun seharusnya dia bermain dengan teman-temannya,
bersekolah atau apapun itu, bukannya malah terpasung hanya karena kepercayaan klenik
penduduk desa yang tidak beralasan.
Kepala desa itu menatap tekad Keisha yang menyala-nyala, bahunya melorot dan menyerah,
"Baiklah non Keisha, anda bisa membawa Dewi keluar dari desa ini, tapi kami semua tidak mau
bertanggung jawab akan apapun yang mungkin dilakukan Dewi di luar sana."
"Sepakat." Keisha menyalami kepala desa dengan kepuasan luar biasa. Dia akan membawa Dewi
pulang ke kota, besok dan menyelamatkan anak itu.
Ketika dia keluar dari ruang kepala desa, para penduduk rupanya sedang berkumpul di sana,
mereka memandang Keisha dengan ketakutan dan ngeri.
"Itu orang yang akan melepaskan anak iblis itu  ke kota!" seru salah seorang anak kecil sambil
menunjuk-nunjuk Keisha. Para penduduk tampak ngeri, mereka semua berbisik-bisik penuh
prasangka, tetapi Keisha tidak peduli, dia melangkah dengan gagah berani, menuju mess tempat
groupnya tinggal.
David, pemimpin groupnya menyambutnya di sana dalam senyuman, mereka semua sedang
mengemas barang-barangnya untuk kepulangan mereka besok pagi. "Apakah kau berhasil?" tanya David Keisha menganggukkan kepalanya, "Tentu saja."
David mengelus kepala Keisha dengan lembut, "Hebat. Aku yakin bisa mengandalkanmu. Kita
harus membebaskan anak perempuan itu dari perlakukan yang tidak manusiawi.'
Dada Keisha mengembang akan perasaan bangga. Ini jugalah salah satu alasan Keisha matimatian
memperjuangkan pembebasan Dewi, dia merasa sangat senang ketika David memujinya. David... pipi Keisha bersemu merah, selama beberapa bulan di desa ini, mereka telah begitu dekat, dan Keisha yakin ada percik-percik asmara yang berkembang di sana... "Ayo bereskan bajumu, besok pagi2 kita mandikan anak itu supaya cukup pantas di bawa ke kota." Diana yang tiba-tiba muncul, salah satu anggota group KKN mereka menepuk pundak Keisha dan tersenyum. Keisha menurut, dia mengemasi barang-barangnya bersama anak-anak lain, mereka semua tertawa dan bercanda, senang bahwa mereka akan pulang ke rumah setelah masa KKN yang menyenangkan ini.
***
Dewi ternyata cantik sekali, setelah Keisha dan teman-teman perempuannya memandikannya,
kemudian memberinya baju ganti pinjaman dari Elisa, teman KKN Keisha yang bertubuh cukup
mungil, perempuan kecil itu tampak normal dan cantik seperti anak kebanyakan.
Rok yang dikenakannya memang agak kedodoran, dan Keisha serta teman-temannya harus
mengoleskan salep ke pergelangan tangan dan kaki Dewi yang lecet-lecet akibat dipasung terlalu
lama. Mereka semua mendesah dan mengutuk perlakuan kejam penduduk desa kepada Dewi
yang mungil ini.
Setelah semua siap, Keisha dan rombongannya membawa Dewi ke mobil. Semua penduduk
tampaknya bersembunyi ketika tahu baha Dewi dilepaskan dari pasungannya, desa tampak
lengang, bahkan tidak ada satupun orang ataupun anak-anak yang biasanya melewatkan hari di
teras ataupun di jalanan, desa itu layaknya desa kosong tak berpenghuni.
Walaupun begitu, Keisha masih bisa melihat wajah-wajah ketakutan penuh ingin tahu mengintip
dari jendela rumah ketika Keisha lewat bersama Dewi. Dalam hatinya Keisha mencibir, begitu
dalamkah kepercayaan mereka akan klenik sehingga ketakutan dengan anak kecil yang lemah
dan tidak berdaya ini? Sampai-sampai memasung anak tanpa dosa ini?
Hanya kepala desa yang berdiri di sana dan melepas mereka, dia melirik ke arah Dewi yang diam
dengan pandangan kosong, lalu menatap takut-takut ke arah David, "Kalian... eh... kalian tidak mengikatnya?" Keisha langsung tersinggung, hendak menyemprot kepala desa itu, tetapi untunglah David menahan Keisha, dia bergumam duluan, "Kami rasa dia tidak berbahaya pak." jawab David meyakinkan. Kepala desa itu mundur selangkah seolah takut terciprat tulah ketika Dewi lewat untuk memasuki mobil, dia ikut rombongan depan, duduk di sebelahku, sekali lagi Keisha mencibir melihat tingkah kepala desa itu.
***
Dua mobil rombongan team KKN itupun melaju meninggalkan desa terpencil itu. Semuanya
mendesah lega antara penat dan bahagia karena sudah menyelesaikan tugas dan akan pulang
untuk bertemu keluarga masing-masing. David menyetir dan tersenyum melihat Dewi yang
setengah tertidur dalam pelukan lengan Keisha.
"Kasihan sekali dia ya." gumam David diikuti anggukan teman-teman yang lain yang ada di dalam
mobil.
Keisha menghela napas panjang, melirik ke arah sosok mungil Dewi yang tertidur pulas dengan
wajah polos. Hati Keisha ngeri membayangkan betapa kejamnya penderitaan yang harus dialami
Dewi selama dalam pasungan.
"Yang penting kita sudah menyelamatkannya." gumam Keisha, mengelus lembut rambut panjang
Dewi dengan penuh rasa sayang.
***
Karena sudah menjelang tengah malam dan perjalanan belumlah separuhnya, seluruh
rombongan memutuskan untuk menginap di desa kecil yang mereka lalui. Beruntung, desa itu
merupakan tempat wisata pemancingan dan permandian air panas, sehingga banyak penginapan
tersedia. Lagipula ini bukan musim liburan sehingga banyak sekali kamar kosong karena tidak ada
pengunjung yang datang.
Mereka memutuskan menyewa satu paviliun besar yang terdiri dari empat kamar. Di malam
harinya bukannya tidur, malahan mereka berkumpul dan bercanda di ruang tengah paviliun,
sambil bermain gitar dan menonton film di televisi. Selama itu, Dewi selalu ada di sebelah Keisha,
dan mengekornya. Sampai kemudian Keisha melihat Dewi menguap berkali-kali.
"Aku akan mengantar Dewi tidur, kasihan dia sudah  mengantuk." Keisha beranjak sambil
bergumam kepada teman-temannya yang masih asyik menonton film dan mengobrol. Dia lalu
mengehela Dewi ke sebuah kamar yang tersedia.
Dengan lembut dibaringkannya Dewi ke atas ranjang, dia sendiri duduk di kursi di samping
ranjang, mengelus dahi anak perempuan kecil itu, dan menyanyikan nina bobo. Mata Dewi lamakelamaan
meredup,
dan
kemudian
terpejam,
tenggelam
dalam
tidur
yang
pulas.

Keisha
sendiri

merasa mengantuk dan lelah. Dia merebahkan kepalanya ke pinggir ranjang dan
terlelap.
***
Keisha terbangun. Entah kenapa.
Sejenak mengernyit oleh suasana hening yang pekat. Tidak ada lagi suara tawa dan obrolan anakanak,
tidak
ada
lagi
suara
gitar
yang
dipetik
dengan
senandung
yang
ceria.


Mungkin
semua
sudah
tertidur
pada
akhirnya....

Keisha

megerutkan keningnya ketika melihat betapa gelapnya kamar ini, juga bagian ruang
tengah, semua gelap. Apakah mati lampu?
Ketika Keisha berdiri, dia semakin terkejut karena ranjang tempat Dewi tadinya berbaring kosong,
kemana Dewi?
Tiba-tiba Keisha merasa cemas, takut Dewi keluar sendirian untuk ke kamar mandi, lalu tersesat.
Semoga Dewi sedang tidur bersama salah satu teman perempuannya.
Keisha melangkah keluar kamar, ruang tamu yang terang benderang sekarang gelap pekat, dia
memincingkan matanya, mencoba menyesuaikan diri dengan ruangan gelap itu. Untunglah
pengelihatan perempuan lebih bagus dari pria di saat gelap, dalam sekejap Keisha bisa melihat
bayangan teman-temannya yang tertidur di ruang tamu. Mungkin mereka terlalu kelelahan
sehingga tidak tidur di kamar, melainkan langsung tidur di ruang tamu.
Empat teman perempuannya, Elisa, Diana, Nita dan Carla tampak tertidur sambil duduk di atas
sofa besar di depan televisi. Sementara teman-teman lelakinya tertidur di lantai yang dilapisi
karpet, bergelimpangan tak karuan , membuat Keisha geli, Dasar laki-laki! gumamnya dalam hati
sambil mencari-cari sosok David di sana.
Keisha menemukan David, lelaki itu bergelung di dekat tembok, dengan senyum, Keisha
mendekat,  dia bisa pura-pura tidur di dekat David malam ini, besok pagi mereka pasti akan
bangun berpelukan dan saling melempar senyum malu-malu. Keisha jadi  melupakan tujuannya
untuk mencari Dewi dan berpikir anak kecil itu pasti ada di salah satu kamar dan tertidur lagi,
mungkin dia bangun untuk ke kamar kecil dan masuk ke kamar yang salah.
Ketika ada di dekat David, Keisha berjongkok untuk mencari posisi yang nyaman, tangannya
menyentuh karpet dan dia mengernyitkan kening.
Basah....
Keisha mendekatkan cairan yang membasahi tangannya ketika menyentuh karpet itu ke
hidungnya dan langsung mengernyit, aroma khas menyentuh hidungnya, aroma amis seperti
karat dan besi itu.... Darah!
Keisha panik, dia menyentuh pundak David dan mengguncangnya untuk membangunkannya,
tetapi David tidak bangun juga, dengan keras Keisha mencoba membalikkan tubuh David yang
meringkuk menghadap tembok, dan dia terpana....
David terbaring dengan mata membelalak, tubuhnya lunglai, dan diperutnya... ada luka
menganga bersimbah darah yang membasahi seluruh bagian depan tubuhnya dan mengalir ke
karpet. Keisha menjerit keras-keras di kegelapan, dia berlari ke arah teman-teman lainnya.
Semua teman laki-lakinya yang terbaring di lantai serupa dengan David, mereka terbaring mati
dengan luka yang mengalirkan darah. Keisha berlari ke arah teman-temannya di sofa, dan dia
menjerit lagi menemukan keadaan mereka tak kalah mengerikannya.
Semuanya mati, semuanya terluka di bagian perut, luka yang masih mengucurkan darah segar...
luka itu.. bekas tusukan pisau berkali-kali...darah mengucur di mana-mana membasahi sofa,
membasahi karpet... Keisha berlari ke arah pintu, panik ketika menemukan pintunya terkunci, dia menggedorgedornya berteriak meminta tolong tetapi suasana di luar begitu senyap. Kenapa tidak
ada yang menolongnya??

Keisha menjerit-jerit sampai suaranya serak, berusaha membangunkansiapapun yang berada di dekat penginapan ini. "Sttttt..." Lalu suara itu terdengar, membuat Keisha menolehkan kepalanya dengan takut, dalamkegelapan, dia melihat sosok Dewi berdiri di sana. Ujung jarinya di taruh di depan bibirnya, sebagai isyarat agar Keisha diam... dan... di sebelah tangannya yang lain, teracung pisau besar yang berkilat-kilat terkena cahaya bulan yang menembus jendela.  Pisau itu berlumuran darah....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar