Daftar Blog Saya

Kamis, 25 Mei 2017

Pertemuan

Aku tidak pernah khawatir bagaimana nanti kita dipertemukan, juga tidak khawatir bagaimana cara yang menurut kita tidak mungkin untuk kita dipertemukan. Juga tidak khawatir dimana tempat untuk kita dipertemukan. Juga tidak khawatir kapan waktu untuk kita dipertemukan. Yang ku khawatirkan adalah kita ditemukan dalam ridho Allah 'Azza Wajalla atau tidak. Yang ku khawatirkan kita bertemu dalam ketaatan atau tidak. Juga ku khawatirkan kita bertemu karena kebaikan atau keburukan. Maka doakanlah aku untuk memantaskan diri agar dapat membimbingmu menuju Jannah . . .

Ikhtiar



Siapa yang bisa melawan takdir Allah?
Jika Allah sudah menulisnya untuk kita, maka ia akan datang pada kita dan bukan pada orang lain.

Karna Allah tidak pernah mengecewakan setiap niat baik dari hati hamba hambaNya.

Termasuk,
Niatmu dan niatku.
Jadi,
Tetaplah dengan ikhtiarmu....
Dan aku tetap dengan ikhtiarku.... Kita hanya perlu menyamakan doa yang tertuju satu kepadaNya.

Karna,
Kisah kasih kita sudah tertulis indah di lauh mahfudz...


Rindu



Rindu,
taukah kamu dengan kata itu?
dengan kata yang disebabkan rasa itu,rasa yang begitu menarik dan menggelitik hati akan angan-angan temu.

Rindu,
seperti tombak penghunus waktu,
yang begitu sering terselip di hari-hari membuat waktu serasa lama karna khayalan ingin temu,membuat waktu serasa sia-sia karna getarnya yang terus menggema,dan pikiran yang entah kemana-mana.

Rindu ini milikku,
rindu yang tercipta karna begitu lama menunggu.
Waktu masih mengharapkanku untuk tetap berdiri tegak menghadapi perintah Penciptaku.

Rinduku ini sudah menumpuk,
sudah memenuhi hati sampai mungkin kesudut-sudut terdalamnya,mendesakku keluar jalur menuju larangan-Nya,tapi ku tau pemilik hatiku akan berusaha menenangkannya agar tak berontak.

Rinduku liar,
dia seperti memaksaku melepaskan segenap rasa agar menarik perhatianmu mengajak temu.Tapi ku tau penguasa hatiku lebih paham yang perlu aku tahan dan perlu aku lepaskan.

Rinduku sudah seperti benalu,
menggelayut dihati dan otak yang membuat pemikiran menjadi keliru.
Tapi yakinku,rindu ini akan kalah oleh tangisan dihadapan Kekasih Terkuatku.

Rinduku ini seperti sering memaksaku untuk memberi taumu.Tapi kupercaya diam inipun tak mengapa,karna sudah kucurahkan segalanya kepada Kekasihku yang Terhebat.

Rinduku mungkin menang,
Tapi Dia pelindungku,lebih Kuat dibanding ingin-ingin rindu itu.

Wahai rinduku,
semoga kau mengerti barasan-batasan yang di ciptakan Kekasih Abadiku. .


Pada Suatu Hari



Pada suatu hari..
Aku tak melihatmu lagi.
Aku tak mendengar suaramu lagi.
Aku tak tau kabarmu lagi.
Kemanakah engkau?
Dimananakah engkau?

Aku khawatir, aku gelisah.
Kau hilang begitu saja.
Bagai ditelan bumi.
Tetapi aku bukan siapa-siapa?
Dan perasaan apakah ini?

Detik demi detik.
Masih terbayang sosokmu itu.
Masih terkenang cerita itu.
Sampai aku harus berpura-pura untuk mengikhlaskanmu.

Terdiam dalam sunyi.
Tersadar dalam sepi.
Sekarang aku paham.
Allah menjauhkan mu dariku dengan alasan yang terbaik.

Aku kehilangan seseorang yang aku kagumi.
Aku kehilangan rasa itu.
Waktu membawaku kembali berdiri.
Hilang sudah tentangmu dalam pikiran dan hati ini.
Waktu menjadi saksi bahwa aku telah melupakanmu.

Akankah engkau kembali?
Atau akan ada seseorang yang datang sebagai pengganti?
Ku serahkan semuanya kepada Sang Pemilik Hati.
Pilihan kita, belum tentu yang terbaik.
Pilihan Allah, itulah yang terbaik.


Hijrah



Bukan salah mereka sepenuhnya, yang mengatakan bahwa yang bersyar'i tak menunjukan kualitas diri.

Karena lisan kita yang kerap tak terjaga, volume suara yang sering diatas rata-rata, dan juga tingkah kita yang masih tak pantas sesuai busana.

Memang berubah butuh waktu.
Hijrahpun perlu semangat yang menggebu-gebu.
Hingga pada akhirnya keyakinan dalam taat dapat melebur jadi satu.

Tapi bukan sepenuhnya salah mereka yang memang tidak tahu, tetapi itu sudah pasti menjadi teguran keras untuk kita yang masih terbelenggu.

Terbelenggu oleh hijrah yang setengah jalan, dimana hanya penampilan yang istiqomah namun amalan masih jahiliyah.

Mungkin mereka salah yang tidak menghargai usaha kita yang tengah berproses.
Tetapi kitapun juga salah yang mengatasnamakan proses untuk diam ditengah hijrah.

Pertahaplah tanpa berhenti, pelan-pelanlah tanpa menunda, sebab hijrah tidak mungkin bisa dilakukan setengah-setengah.

Pakaian syari biarkan menjadi pemula dalam hijrah, namun amalan baik tetap mengikuti.

Pelan-pelan dalam taat lebih baik daripada menggebu-gebu tapi hanya sesaat.

Pantaskan diri.
Taatkan hati.
Biarkan mereka tahu, bahwa hijrah kita tidak sampai disitu.

Siapa tahu hidayah itu datang, lalu memberikan mereka syafaat dan kemudian ikut dalam taat.


Tersenyumlah



Bukankah langit dan awan begitu elok rupawan, berdampingan riang... menyambut pagi yang terang.

Kenapa kau lantas bersungut-sungut?

Ah...sudahlah. Bukankah langit begitu cerah...semilir angin berhembus riang... awan berarak ke ufuk timur.

Mengapa kau masih bermuram durja?

Tengoklah ke sana... jingga merekah menunggu mentari menyingsing. Sungguh Elok warnanya.. Lalu...mengapa kau masih tertunduk lesu kawan?

Ohhh... janganlah engkau meratapi semua yang telah terjadi, menangisi kekhilafan yang sudah terlanjur terjadi.

Ayolah saudaraku... bukankah Allah SWT Maha pengampun dan menerima taubat dari hambaNya.

Jangan kau terhenti hanya di situ saja.Lihatlah ke langit... pandanglah jauh ke atas awan menembus lapisan langit tempat ArsyNya berada.

Yakinlah...Allah SWT akan mengampunimu saudaraku, mengampuni kita semua yang penuh kekhilafan ini.

Tersenyumlah, raihlah rahmat dan ampunanNya. Berbuatlah sesuai dengan petunjukNya. Beriman dan bertaqwalah hanya kepada Allah SWT.

Tersenyumlah...bersyukurlah karena Allah SWT masih memberikan kesempatan untuk bertaubat.

Hari ini harus lebih baik dari kemarin. Berbuat terbaiklah hari ini, karena esok masih misteri.

Jalanilah hidupmu dengan penuh taqwa kepadaNya, karena esok siapa tahu apakah masih ada?

Bersyukurlah kawan karena hari ini kita masih bisa melihat langit bersama awan yang berarak ditemani secercah jingga menerangi bumi.

Selalu bersyukur serta bertaqwalah... karena kelak di akhirat engkau akan tersenyum bahagia.


Cinta Yang Hakiki



Berawal dari kagum, hingga akhirnya tumbuh menjadi benih rasa suka.
Aku tahu perasaan itu salah.

Aku tahu seharusnya aku tak memulai semuanya.

Namun semua telah terlambat, sekarang perasaan itu telah hinggap.

Bagaimana bisa aku cemburu melihatmu tersenyum bahagia dengan orang lain?

Bagaimana bisa, aku terluka padahal kau tak pernah menjanjikanku apa-apa?

Bagaimana bisa, aku sendirian yang mencinta?

Mencintaimu, mengapa begitu menyakitkan?

Sungguh perasaan ini membuatku terpuruk, sebuah perasaan cinta bertepuk sebelah tangan.

Sekarang, kekagumanku yang berlebihan berbuah penderitaan, menyisakan luka dan juga sesak di dada.

Aku tahu ini salah, seharusnya aku menjaga perasaan ini hanya untuk seseorang yang di takdirkan bersama.

Namun tetap saja, sehebat apapun aku menghilangkan perasaan ini, tetap membawa sebuah luka.

Yang bisa kulakukan, hanya berdoa semoga aku dan kamu bahagia di jalan yang sudah di takdirkan masing-masing.

Benar memang, cinta pada manusia bisa bertepuk sebelah tangan, namun cinta kepada Allah selalu berbalas dengan indah, apapun bentuknya.

Seharusnya aku sadar, bahwa cinta yang Hakiki yang tak pernah membuat luka.