Daftar Blog Saya

Rabu, 19 April 2017

Lanjutan Bagian Satu ( mencari soulmate )



Louis sangat pembosan, meski semua kekasihnya sangat cantik, mereka hanya bisa bertahan maksimal 3 bulan sebagai kekasih Louis. Lelaki itu selalu memperlakukan mereka seperti ratu, tapi dengan mudahnya mencampakkan mereka tanpa perasaan.
"Sudah tidak ada chemistry lagi Elsa, setiap bersamanya aku merasa hambar"
"Selalu begitu alasanmu,selalu hanya berjalan paling lama tiga bulan dan kau bilang tak ada chemistry, kalau begitu kenapa dulu kau berpacaran dengannya?"
Pertanyaan yang sama, yang selalu diajukannya setiap Louis memutuskan para kekasihnya, dan jawaban yang sama juga.
"Aku berharap mungkin akan ada chemistry di antara kami, kalaupun tidak ada, aku berharap rasa itu akan bertumbuh, ternyata tidak", Louis menoleh menatap Elsa yang cemberut lalu tertawa, "Dan jangan menceramahiku tentang lelaki brengsek yang akan menerima karma suatu saat nanti"
Elsa meneguk kopi susunya dan menatap Louis tajam,
"Mereka semua mencintaimu Louis, tidak baik menyakiti hati perempuan satu demi satu seperti itu"
Louise terdiam,
"Aku juga sedang mencari soulmateku, salah kalau aku mencari dengan cara yang berbeda denganmu?"
"Kau tidak mencari soulmatemu. Tidak kalau caranya hanya memakai satu persatu dari daftar pemujamu, mencobanya selama tiga bulan, lalu meninggalkannya hanya untuk berganti dengan yang lain"
Louis mengernyit,
"Kau membuatnya terdengar begitu tidak berperasaan"
"Memang kan?"
"Setidaknya aku mencoba menjalin hubungan, tidak seperti kau", Louis selalu serius kalau
membahas ini, "Kau selalu mencari soulmatemu, tetapi kau tidak pernah mau mencoba" "Aku akan mencoba kalau aku sudah yakin bahwa dia adalah soulmateku"
"Bagaimana kau bisa tahu kalau dia adalah soulmatemu kalau kau tidak mencoba?"
"Aku pasti tahu"
Louis terdiam. Hening.
"Bagaimana kau bisa percaya kalau dia benar-benar ada?", tanya Louis kemudian memecah keheningan.
Elsa tersenyum,
"Aku tidak tahu dia ada atau tidak, aku bahkan tidak yakin dia akan datang, tapi kata orang tidak
akan ada surga bagi orang yang tidak percaya kalau surga itu ada, Itu kuterapkan dalam
penantianku, tidak akan ada belahan jiwaku jika aku tidak mempercayai bahwa dia ada.... Jadi kuputuskan untuk percaya",
Louis menarik napas,
"Rumit memahami pemikiranmu", dia lalu meneguk kopinya dan menyentuh lengan Elsa,
"Sekarang beri aku beberapa alasan yang bisa kugunakan untuk memutuskan Jannette, harus
bilang apa ya?"
"Bilang saja kau tidak merasakan chemistry"
Louis tergelak.
"Itu akan menyinggung perasaannya"
"Tapi jujur"
"Lebih baik aku bilang ada wanita lain"
"Dia akan membencimu setengah mati,lalu menyumpahimu habis-habisan"
Tawa Louis memenuhi ruangan.
"Setidaknya dengan membenciku dia akan lebih mudah melupakanku, lalu bisa melangkah
melanjutkan hidupnya"
Elsa tersenyum lembut, menatap Louis dengan sayang,
"Dasar, playboy yang terlalu baik hati"
Louis menatap senyum Elsa dan hatinya mencelos, nyeri bagai ditusuk sembilu.
Els, berhentilah mencari - mulailah menunggu. Biar aku saja yang menemukan kamu.......


Demikianlah sebuah pesan sederhana tersirat lewat jalinan sendu.
**************
"Kau harus segera mengambil keputusan Lou, ini masalah mendesak, bukan perkara kecil", Bayu
mengisap rokoknya dengan hisapan terahkir yang dalam, lalu membunuhnya di asbak.
Louis menyandarkan tubuhnya di sofa dengan letih,
"Seorang dokter seharusnya tidak boleh merokok, apalagi perokok berat sepertimu",gumamnya,
mengalihkan pembicaraan dari desakan Bayu sebelumnya.
"Dokter juga manusia", Bayu mengangkat bahunya, "Ini sudah kebiasaan sebelum aku menjadi
dokter", jawabnya tak peduli.
"Kau harusnya menjadi contoh yang baik di depan pasienmu"
"Aku tak pernah merokok di depan umum", sanggah Bayu cepat.
"Kau merokok di depan Elsa." Hening.
"Dia tak keberatan aku merokok di dekatnya"
Louis memijat kepalanya yang mulai terasa berdenyut nyeri,
"Dia keberatan, aku sangat mengenalnya, dia benci perokok"
"Lou", suara Bayu berubah tegas, "Aku tidak ingat pernah berjanji padamu untuk melakukan pengorbanan sebesar itu demi mendapatkan cinta Elsa"
"Yah....", Louis memijit kepalanya lagi, "Itu yang menyebabkan Elsa masih ragu apakah kau adalah soulmatenya, dia benci perokok"
"Elsa harus menyadari bahwa segalanya tidak sempurna, tidak mungkin dia bisa menemukan sosok belahan jiwa yang sempurna seperti yang dia mau. Prince charming seperti dalam cerita Cinderella itu hanyalah khayalan dongeng anak-anak, kau harus membuatnya menerima kenyataan Lou, bukannya malah berusaha mewujudkan fantasinya"
"Dia tidak mencari seseorang yang sempurna, kau juga tahu itu"
Mereka berdua terdiam, merenung, dua-duanya mencoba menelaah impian Elsa tentang sosok soulmate yang diimpikannya.
"Kau tahu Lou? Aku tidak pernah mencari sosok pria yang sempurna, aku hanya ingin
menemukan pria yang mau mencintaiku sepenuh hati, dan bisa membuatku mencintainya" "Dan apa yang harus dilakukan pria itu agar bisa dicintai olehmu?"
"Yang pertama, pria itu tidak akan pernah menanggapi keluh kesahku dengan pertanyaan
'kenapa?', dia juga akan selalu menganggap setiap pilihanku berharga, walau beberapa kali dia
mempunyai pilihan berbeda, dan yang terahkir, dia bisa mengerti bahwa yang aku perlukan hanyalah keberadaannya, tanpa perlu kata apa-apa, tanpa perlu rencana apa-apa, hanya ada dan tidak berprasangka. Aku tidak minta macam-macam bukan?"
Louis tercenung dalam lamunannya,
"Dia masih belum berhenti mencari", gumamnya pelan.
Bayu mendesah,
"Aku berjanji akan membuatnya berhenti mencari, kau tahu aku sangat mencintainya, aku akan
berusaha dengan segala ketidak sempurnaanku ini untuk membahagiakannya jika dia mau
menerimaku"
Louis menghembuskan napas pelan, lalu menyandarkan kepalanya ke sandaran sofa dan
memejamkan mata.
"Kau tidak apa-apa?", tanya Bayu sambil menatap Louis tajam.
Louis menggeleng, tetap memejamkan mata.
"Tidak apa-apa, aku cuma sedikit lelah, biarkan aku terlelap sebentar"
Bayu menyalakan rokoknya lagi, matanya menerawang, sibuk dengan pikirannya sendiri.
***************
"Kenapa tidak kau santap makananmu?"
Suara Bayu membuat Elsa tersentak dari lamunannya, dia tersenyum malu,
"Eh... Iya, maaf.... ", gumam Elsa pelan, mencoba menelan makanannya dengan canggung.
Bayu tersenyum lembut,
"Memikirkan Louis?"
Pipi Elsa memerah, membuktikan kalau kata-kata Bayu mengena.
"Aku mencemaskannya, dia tampak aneh tadi... Buru-buru masuk kamar dan menyuruh kita pergi


makan malam berdua, padahal biasanya dia senang pergi makan malam bersama", "Mungkin dia sedang ingin istirahat."
"Apakah dia sakit..... ?", Elsa setengah merenung.
Bayu terkekeh pelan,
"Menurutku dia sehat-sehat saja"
"Apakah itu berdasarkan kacamata kedokteran?"
Senyum Bayu berubah lembut,
"Bukan, itu dari kacamata seorang saudara"
"Kalau dari kacamata kedokteran?"
Beberapa detik Bayu terdiam, seolah ada kalimat tertahan di tenggorokannya, lalu mengangkat
bahu,
"Dia baik-baik saja Elsa",
Elsa menelan suapan terahkirnya,
"Aku berpikir, jangan-jangan dia murung gara-gara habis putus dengan Jannette, apa mungkin dia patah hati? Mungkin dia menyesal sudah putus dengan Jannette?"
"Louis??? Patah hati ???", Bayu tergelak, "Kau mulai berpikir macam-macam Elsa, Louis tidak
mungkin patah hati dengan perempuan semacam Jannette, dia bisa mendapatkan berpuluh- puluh wanita lain semacam itu hanya dengan menjentikkan jari"
Lalu tatapan Bayu berubah serius,
"Berhentilah mencemaskan Louis, aku ingin membicarakan tentang kita"
"Kita?"
Bayu menggenggam tangan Elsa
"Apakah tidak pernah ada 'kita' dalam benakmu?"
kata-kata itu membuat pipi Elsa merona, lalu mendesah, "Tentu saja ada"
"Lalu ?"
"Aku... Aku....", Elsa bingung harus berkata apa.
"Apakah kau masih tidak yakin padaku?"
Hatinya tidak bergetar, bukankah seharusnya kalau dia bertemu dengan soulmatenya dia langsung merasakan getaran yang berbeda?
Elsa mendesah, bagaimana dia menjelaskan hal itu tanpa melukai Bayu?
Bayu, saudara sepupu Louis adalah sosok yang sempurna, melebihi sosok soulmate yang
diimpikan Elsa, dokter muda dari keluarga kaya, tampan, berkepribadian baik dan seolah-olah sudah diciptakan untuk melengkapi Elsa.
Kadang Elsa bertanya-tanya, Bayu seperti sudah mengetahui apa yang Elsa mau sebelum Elsa
meminta, menebak apa yang Elsa pikirkan meskipun Elsa hanya berdiam diri. Dan lelaki itu mencintainya.
Bukankah itu point penting dalam pencarianmu? "Aku ingin bertemu seseorang yang mencintaiku sepenuh hati, dan bisa membuatku mencintainya"
Tanpa sadar Elsa mendesah. Kalimat kedua itu yang dia masih belum yakin. Dia belum yakin bahwa dia mencintai Bayu sepenuh hati.
"Kau tahu aku bersedia menunggumu, aku mencintaimu Elsa"
Elsa tersenyum lembut,
"Aku juga menyayangimu Bayu"
Menyayangi, bukan mencintai,
Bayu meringis. Sampai kapan Elsa akan bersikap seperti ini kepadanya?
"Apakah ini tentang pencarianmu terhadap sang soulmate? Kenapa kau begitu mempercayai
bahwa seseorang yang sempurna sudah disiapkan Tuhan untukmu?" "Louis yang cerita?"
Bayu tersenyum,
"Aku yang bertanya, jangan salahkan dia, menurut Louis itu adalah salah satu keunikanmu,
seorang gadis yang selalu mencari soulmatenya, percaya tanpa putus asa bahwa dia akan
dipertemukan dengan seseorang yang diciptakan khusus untuknya", Bayu mempererat genggaman tangannya di jemari Elsa, "Dan aku akan sangat bangga jika kau mempercayai bahwa akulah dia"


"Bayu....."
"Tidak, jangan jawab sekarang, kau tahu aku bersedia menunggu, cintaku padamu cukup besar untuk menanggung penantian panjang agar dapat bersamamu pada ahkirnya"
Elsa mendesah
"Terimakasih Bayu"
Bayu mengangkat tangan Elsa ke bibirnya dan mengecupnya lembut,
"Dengan senang hati"
*************
"Dia menolakku lagi", Bayu melempar kunci mobil ke meja dan membanting tubuhnya ke ranjang
Louis.
Louis yang sedang menghadap layar monitor memutar kursinya dan menatap Bayu serius.
"Kupikir malam ini dia akan menerimamu"
Bayu menata bantal di belakang punggungnya agar nyaman, lalu berselonjor menghadap Louis,
"Karena itukah kau tadi sengaja menghilang ke kamar dan meminta aku makan malam hanya berdua dengan Elsa?"
"Kau tahu aku tidak dengan sengaja melakukan itu, kau tahu kenapa aku tidak bisa ikut makan
malam tadi."
Bayu tercenung mendengar nada tajam dalam suara Louis, lalu menatap penuh perhatian,
"Kamu tidak apa-apa? Apakah perlu aku...."
"Aku tidak apa-apa", Louis langsung menyela dengan cepat, "Cukup tentang aku, bagaimana
tadi?"
"Sudah kubilang dia menolak aku, dia masih mencari belahan jiwanya, aku sekuat tenaga
berusaha meyakinkannya, tapi dia masih ragu untuk menerimaku"
"Kau kurang berusaha mungkin?"
Bayu melempar bantal dengan jengkel ke arah Lou yang segera menangkapnya dengan sigap,
"Aku kurang berusaha apa ? Aku mencintainya sepenuh hati, aku bersedia menunggunya, tapi dia belum yakin padaku, aku bisa melihat di matanya, dia masih belum yakin kalau aku adalah soulmatenya"
Louis terdiam, bingung.
"Aku ingin dia berhenti mencari, dia sudah terlalu lama mencari"
"Kenapa bukan kau sendiri yang berusaha membuatnya berhenti mencari Lou?" Tanya Bayu hati- hati.
Louis menatap Bayu dalam,
"Kau yang harus membuatnya berhenti mencari, bukan aku"
"Bagaimana kalau memang bukan aku yang dicarinya? Bagaimana kalau memang bukan aku yang
ditakdirkan menjadi soulmatenya? Tuhan punya takdir sendiri Lou, kita tidak bisa memaksakan kehendakNya"
Lou menggelengkan kepalanya keras kepala,
"Seharusnya dia yakin bahwa kau adalah sosok yang ditunggunya selama ini, kau tidak pernah
menjawab keluh kesahnya dengan pertanyaan 'kenapa', kau selalu menghargai pilihan-pilihannya,
kau selalu bersedia ada untuknya"
"Karena kau yang memberitahukan hal itu padaku", sela Bayu cepat, "Aku muncul, menjadi sosok
seperti yang diinginkannya bukan karena aku seperti itu tetapi karena kau yang membentukku seperti itu", Bayu mengacak rambutnya frustasi, "... Aku masih saja merasa sudah bertindak curang terhadap Elsa "
"Kau tidak bertindak curang, aku yang bertindak curang padanya, biar aku yang menanggung
semua ini"
Els, berhentilah mencari, mulailah menunggu. Biar aku saja yang akan menemukannya untukmu.......
****************
"Sepertinya Cindy yang akan menjadi kekasihku berikutnya", Louis menatap Elsa dari atas
majalah yang dibacanya.
Elsa mengganti channel TV yang menayangkan acara kriminal ke acara musik, Mereka berdua duduk di ruang tamu rumah keluarga Elsa yang sederhana, menonton TV.
"Cindy yang mana ?", tanyanya tanpa mengalihkan tatapan matanya dari televisi.


Lanjut Bagian Tiga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar