Daftar Blog Saya

Rabu, 19 April 2017

Lanjutan Bagian Tiga ( mencari soulmate )



Louis menatap Bayu tajam, lalu tiba-tiba dia mengerti.
"Aku tidak akan hidup lama", itu pernyataan bukan pertanyaan. Bayu mengalihkan pandangannya perih, dia tidak bisa membantah.
"Aku sendiri yang akan mengusahakan agar kau bisa bertahan Louis, aku bersumpah!"
Dengan ketenangan yang nyaris menakutkan, Louis tersenyum.
"Aku tahu kau akan berbuat begitu demi aku", tiba-tiba tatapannya berubah sendu, "Biasanya,
orang-orang yang sekarat punya permintaan terahkir"
"Jangan mengulang-ulang kata 'sekarat' itu terus !", sela Bayu tajam.
Louis tersenyum,
"Kalau aku punya sedikit permintaan untukmu, mungkin permintaanku satu-satunya, dan cukup
egois, maukah kau mengabulkannya untukku?"
"Pasti, apapun itu"
Louis tersenyum lagi mendengar ketegasan jawaban Bayu.
Matanya menerawang, ke sosok mungil yang telah menjajah hatinya tanpa permisi. Berdiam disana dan tak mau pergi.
"Aku mencintai seorang perempuan"
Bayu mengangkat alisnya, mau tak mau bertanya-tanya. Perempuan yang mana lagi? Louis selalu berganti-ganti kekasih sesuka hatinya, mungkinkah diantara sekian banyaknya perempuan yang dicampakkannya ada salah satu yang berhasil menyentuh hatinya ?
"Bukan salah satu dari antara kekasihku", Louis bisa membaca pertanyaan di mata Bayu, "Dan
jauh berbeda dari tipe mereka, dia gadis biasa, sederhana, tapi memandang dunia dengan cara yang luar biasa"
Siapa? Bayu bertanya-tanya, mereka sangat akrab sejak kecil karena kedua orangtua mereka
sama-sama sibuk. Tetapi Louis sama sekali tidak pernah menyebut-nyebut tentang perempuan yang satu ini.
"Dia mempunyai kepercayaan yang sangat unik, dia percaya ada soulmate yang diciptakan Tuhan khusus untuknya di suatu tempat. Dia menghabiskan seluruh waktunya untuk mencari dan mencari soulmatenya itu. Kadang aku tersenyum sendiri melihat kegigihannya, tapi kadang aku merasa lelah"
"Apakah dia mencari sosok lelaki sempurna?"
Louis tersenyum sedih,
"Kalau dia mencari sosok lelaki sempurna, dia pasti sudah jatuh cinta kepadaku, kurang apa aku?
Aku sudah memberikan seluruh pesonaku padanya, kekayaanku, penampilan fisikku, kebaikan hatiku, kerianganku.... Tapi dia tidak pernah terusik"
"Tidak mungkin ada perempuan yang tahan ketika kau sudah bertekad memancarkan seluruh
pesonamu", Bayu tercenung, perempuan seperti apakah ini? Rasa ingin tahunya terusik, "Tidak, aku sudah berusaha meraih hatinya, dan ketika aku sadar dia tidak tersentuh oleh perasaanku, aku mencoba untuk menjadi sosok yang paling dekat dengannya, menjadi sahabatnya", Louis mendesah lalu tersenyum miris, "Menyedihkan bukan?"
Bayu tidak bisa menjawab.
"Aku berpura-pura menjadi sahabat baiknya, hanya agar bisa berada di dekatnya. Dan kekasihku yang berganti-ganti itu hanyalah salah satu upaya putus asaku untuk memancing setitik rasa cemburunya"
"Apakah berhasil?"
"Berhasil?", Louis tertawa, " Dia selalu menanggapi kisah-kisahku dengan para kekasihku tanpa setitikpun rasa cemburu"
"Perempuan langka"
"Perempuan langka", Louis menyetujui, "Baru saja kemarin aku memperoleh kemajuan, dengan santai tetapi sengaja, aku menyandarkan kepala di bahunya dan pipinya memerah" , Louis tersenyum, mengenang, tetapi hatinya kemudian berseru pedih. Baru saja kemarin dia bertekad untuk merebut hati Elsa, membuat perempuan itu mencintainya, membuat perempuan itu percaya bahwa Louislah soulmate yang diciptakan untuknya.
"Lalu bantuan apa yang kauinginkan dariku?", tanya Bayu datar. "Aku ingin kau menjadi soulmate yang selama ini dicarinya"
"Apa ??", Bayu setengah berdiri dari duduknya, "Kau sudah gila apa ??!"

"Aku ingin kau menjadi soulmate yang selama ini diimpikannya", Louis mengulang, mantap. "Aku tidak mau. Permintaanmu di luar nalar!!!"
"Kau bilang kau akan mengabulkan permintaan sepupumu yang sedang sekarat ini",
"Lou !!", Bayu menggumam tajam, tidak suka dengan perkataan Louis barusan.
"Kau sudah berjanji", Lou tidak mau menyerah, mencoba mengusik rasa bersalah Bayu. "Aku tidak menyangka permintaanmu akan sekonyol ini"
"Apakah perlu aku memohon?"
Bayu menggeleng-gelengkan kepala putus asa,
"Dia perempuan yang kaucintai, bagaimana mungkin aku bisa berjuang agar bisa menjadi soulmatenya? Kau pikir aku sejahat itu padamu ? Kalau kau memang mencintainya, kenapa bukan kau yang berjuang menjadi soulmatenya ??!!"
"Aku tidak bisa", suara Louis pilu, menahan kepedihan yang tak tertahankan, "Dia meyakini soulmatenya pada akhirnya akan dipertemukan Tuhan untuk menemaninya selama sisa hidupnya, sedangkan aku, mungkin tahun depan aku sudah mati! Bagaimana mungkin aku tega melakukan itu kepadanya ??"
"Lalu aku ? Bagaimana mungkin aku tega melakukan itu padamu?!", Bayu mendesah, frustasi.
"Aku ingin meninggalkannya dengan tenang, kalau ada kau yang menjaganya, aku bisa pergi dengan tenang"
Bayu meremas rambutnya putus asa,
"Dia belum tentu menyukaiku", gumamnya, mulai menyerah untuk memenuhi permintaan Louis.
"Aku akan membuatmu bisa disukai olehnya",
"Kalau begitu kita mencuranginya, kalau dia tahu dia akan membenci kita berdua"
"Dia tidak akan tahu"
Bayu mendesah dengan kekeras kepalaan Louis. "Baiklah, aku akan mencoba"
Senyum Lou langsung merekah,
"Tunggu dulu, aku bilang aku akan mencoba, aku tidak bilang akan melakukannya, Aku bersedia
menemui perempuan itu, tapi lanjut atau tidaknya kita lihat saja nanti. Kalau aku tidak sanggup
untuk menyukainya, aku tidak mau berusaha menjadi soulmatenya!", Bayu menyatakan persyaratannya dengan tegas.
Louis tersenyum,
"Kau akan mencintainya, aku yakin"
................
Bayu terdiam setelah menyelesaikan ceritanya, menatap Elsa yang duduk di sofa sambil memeluk
kedua lututnya,
"Dan dia benar, aku benar-benar mencintaimu" Mata Elsa berkaca-kaca,
"Maafkan aku", Elsa menutup mukanya dengan kedua tangannya, "aku tidak bisa memikirkan masalah itu, pikiranku dipenuhi oleh Lou"
Bayu mengernyit, perasaannya terusik.
Apakah Elsa jangan-jangan mencintai Louis?
apakah jangan-jangan mereka berdua saling mencintai,
Lalu sama-sama menunggu di sudut yang saling membelakangi. Mereka terpisah, meski tak sadar, dihujam perasaan yang menggilakan.
*************
Pagi itu Elsa terbangun dengan kepala pening, tapi dia memaksakan diri,
Dia harus berbicara dengan Louis.
Baru saja dia selesai mandi dan berpakaian ketika ponselnya berdering.
"Els...?", suara Bayu menyiratkan kecemasan yang membuat jantung Elsa serasa diremas.
Lou !!!!
"Lou tidak apa-apa?"
"Pagi tadi kondisinya turun drastis, aku melarikannya ke rumah sakit, kondisinya kritis Els !!"
Telepon itu terbanting tanpa sempat ditutup, Elsa menghambur ke rumah sakit.
Dikoridor menuju ke ruang perawatan Lou Elsa melangkah setengah berlari, setiap langkah
jantungnya serasa main sakit, makin nyeri, napasnya makin sesak,

Jangan Tuhan !! Jangan sampai terjadi apa-apa pada Lou, buat dia baik-baik saja!! Aku mohon, aku mohon....
Elsa memegang dadanya yang makin terasa nyeri,
Bayu berdiri di depan pintu ruang iccu menunggunya, masih mengenakan jas putihnya.
"Bagaimana kondisi Lou ?", napasnya terengah. Bayu menyentuh lengan Elsa menenangkan,
"Masa kritisnya sudah lewat, dia sudah sadar, apakah kau ingin menemuinya ?", tanyanya lembut. "Aku mau", Elsa merasa lega bukan kepalang, Tuhan masih memberinya kesempatan.
Dadanya berdegup kencang lagi. Kali ini penuh dengan ketidaksabaran untuk menemui Lou.
Bahwa sesuatu yang biasanya ada bisa menjadi berarti karena ketiadaannya.
Seperti kehadiranmu yang kuimpikan karena ketidakhadiranmu sampai matahari hampir terbit
***********
Saat itu hujan turun dengan derasnya di pagi yang berselubung awan gelap, air bergemericik
menetes-netes di luar jendela
Louis setengah duduk di ranjang, punggungnya disangga bantal supaya nyaman. Begitu tenang,
hampir tidak ada emosi di wajahnya.
"Lou ?", Elsa bergumam hati-hati, melangkah memasuki kamar perawatan,
Louis yang semula memandang menerawang menatap hujan ke jendela luar menolehkan
kepalanya dan tersenyum lembut,
"Maaf membuatmu cemas, biasanya serangannya tidak separah ini"
"Lou !!", air mata mengalir deras di mata Elsa, tanpa dapat menahan perasaannya, dia menghambur ke pelukan Louis yang langsung merentangkan tangan, membalas memeluknya, "Hei...hei... Kenapa? Jangan menangis Els", Lou memeluk Elsa erat-erat, menepuk-nepuk punggungnya dengan penuh rasa sayang.
Hati Elsa semakin perih ketika merasakan tubuh Louis dalam pelukannya, kenapa dia tidak
menyadarinya?? Louis begitu kurus, tubuhnya begitu ringkih, dan selama ini Louis menanggung kesakitannya sendirian.
"Kenapa kau tidak mengatakannya padaku?"
"Aku tidak ingin kau sedih"
jawaban yang sederhana. Tetapi begitu menyentuh hati.
"Aku lebih sedih kalau mengetahuinya belakangan, kau tahu ?, seharusnya kau tidak menanggung semuanya sendirian, seharusnya aku ada untuk berbagi beban ini bersamamu ", Elsa mendongak dan menatap Louis yang masih memeluknya, tiba-tiba merasa cemas, " Apakah kau lelah ?"
Louis tampak begitu pucat, Bayu sudah memperingatkannya untuk tidak membuat Louis
kelelahan karena kondisinya masih sangat lemah.
"Tidak ", dan itu adalah jawaban jujur, Louis tidak merasa lelah, dia terlalu bahagia untuk merasa
lelah. Dengan Elsa di pelukannya dia merasa kuat. Seolah olah mereka begitu lengkap, begitu sempurna hanya berdua, dan seluruh dunia hanyalah ruang dan waktu yang tidak berarti. "Aku tidak boleh membuatmu kelelahan"
"Kau tidak membuatku lelah, kumohon jangan pergi", Louis mempererat pelukannya seolah-olah takut ditinggalkan, "Temani aku melihat hujan, karena hujan terasa menyedihkan kalau dinikmati sendirian"
Elsa tersenyum menyadari Louis mengutip kata-kata yang pernah dia ucapkan dulu.
"Aku ada di sini bersamamu"
Jawaban yang sama, hanya kali ini Elsa yang mengucapkannya.
Louis menyadari juga kalau Elsa menirukan jawabannya dulu.
Dia tersenyum, lalu menggeser tubuhnya supaya posisi Elsa lebih nyaman berbaring di sebelahnya,
"Tidak apa-apa kalau aku ikut berbaring disini?"
"Sepupuku dokter utama, pemilik saham terbesar di rumah sakit ini, siapa yang berani mengusik
kita ?", Louis bergumam setengah tertawa,
Elsa juga tertawa,
Setelah itu mereka terdiam, berbaring bersama, berpelukan dalam keheningan. Hanya suara
derasnya air hujan dan tetesan air yang menjadi musik kebersamaan mereka, melingkupi mereka


Lanjut Bagian Empat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar