Louis
menatap Bayu tajam, lalu tiba-tiba dia mengerti.
"Aku tidak akan hidup lama", itu pernyataan
bukan pertanyaan. Bayu mengalihkan pandangannya perih, dia tidak bisa
membantah.
"Aku sendiri yang akan mengusahakan
agar kau bisa bertahan Louis, aku bersumpah!"
Dengan ketenangan yang nyaris
menakutkan, Louis
tersenyum.
"Aku tahu kau
akan berbuat begitu demi aku",
tiba-tiba tatapannya berubah sendu,
"Biasanya,
orang-orang yang sekarat
punya permintaan terahkir"
"Jangan mengulang-ulang kata 'sekarat'
itu terus !", sela Bayu tajam.
Louis
tersenyum,
"Kalau aku punya sedikit permintaan untukmu, mungkin permintaanku satu-satunya, dan
cukup
egois, maukah kau mengabulkannya untukku?"
"Pasti,
apapun itu"
Louis tersenyum lagi mendengar ketegasan jawaban
Bayu.
Matanya menerawang, ke sosok mungil yang telah menjajah hatinya tanpa permisi. Berdiam disana dan tak
mau
pergi.
"Aku mencintai
seorang perempuan"
Bayu mengangkat alisnya, mau tak mau bertanya-tanya.
Perempuan yang mana lagi? Louis selalu berganti-ganti kekasih sesuka hatinya, mungkinkah diantara sekian banyaknya perempuan yang
dicampakkannya ada salah satu yang berhasil
menyentuh
hatinya ?
"Bukan salah satu dari antara kekasihku", Louis bisa
membaca pertanyaan di mata Bayu, "Dan
jauh berbeda dari
tipe mereka,
dia gadis biasa, sederhana, tapi memandang dunia dengan cara yang luar
biasa"
Siapa? Bayu bertanya-tanya, mereka sangat akrab sejak kecil
karena kedua orangtua mereka
sama-sama sibuk.
Tetapi Louis sama sekali tidak pernah
menyebut-nyebut tentang perempuan yang satu ini.
"Dia
mempunyai kepercayaan yang sangat unik, dia percaya ada soulmate yang diciptakan Tuhan khusus
untuknya di suatu tempat. Dia
menghabiskan seluruh
waktunya untuk mencari dan
mencari soulmatenya itu.
Kadang aku tersenyum sendiri
melihat kegigihannya, tapi
kadang aku
merasa lelah"
"Apakah dia
mencari sosok
lelaki sempurna?"
Louis
tersenyum sedih,
"Kalau dia mencari sosok lelaki sempurna, dia pasti
sudah jatuh cinta kepadaku, kurang apa aku?
Aku sudah memberikan seluruh pesonaku padanya, kekayaanku, penampilan fisikku, kebaikan
hatiku, kerianganku.... Tapi
dia tidak pernah terusik"
"Tidak mungkin
ada perempuan yang tahan ketika kau sudah
bertekad memancarkan seluruh
pesonamu",
Bayu tercenung, perempuan seperti apakah ini? Rasa
ingin tahunya terusik, "Tidak, aku sudah
berusaha meraih hatinya, dan ketika aku sadar
dia tidak tersentuh
oleh perasaanku, aku mencoba
untuk menjadi sosok yang paling dekat dengannya, menjadi sahabatnya",
Louis mendesah lalu tersenyum miris, "Menyedihkan bukan?"
Bayu tidak bisa
menjawab.
"Aku berpura-pura menjadi sahabat baiknya, hanya agar
bisa berada di
dekatnya. Dan kekasihku yang berganti-ganti itu hanyalah salah satu
upaya putus
asaku untuk memancing setitik rasa cemburunya"
"Apakah berhasil?"
"Berhasil?",
Louis tertawa, "
Dia selalu menanggapi
kisah-kisahku dengan para
kekasihku tanpa setitikpun rasa cemburu"
"Perempuan langka"
"Perempuan langka",
Louis menyetujui, "Baru saja
kemarin aku memperoleh kemajuan, dengan
santai tetapi sengaja, aku menyandarkan kepala di
bahunya dan
pipinya memerah" , Louis tersenyum, mengenang, tetapi hatinya kemudian berseru
pedih. Baru saja
kemarin dia bertekad untuk merebut hati Elsa, membuat perempuan itu
mencintainya, membuat perempuan itu
percaya bahwa
Louislah soulmate yang diciptakan untuknya.
"Lalu bantuan
apa
yang kauinginkan dariku?",
tanya Bayu datar. "Aku ingin kau menjadi
soulmate yang selama ini dicarinya"
"Apa ??", Bayu setengah berdiri
dari duduknya, "Kau sudah gila apa ??!"
"Aku ingin kau menjadi
soulmate yang selama ini diimpikannya", Louis
mengulang, mantap. "Aku tidak mau.
Permintaanmu di
luar nalar!!!"
"Kau bilang kau akan
mengabulkan permintaan sepupumu yang sedang sekarat ini",
"Lou !!", Bayu menggumam tajam, tidak
suka dengan perkataan Louis barusan.
"Kau sudah berjanji", Lou tidak mau
menyerah, mencoba mengusik
rasa bersalah Bayu.
"Aku tidak menyangka permintaanmu akan
sekonyol ini"
"Apakah perlu aku memohon?"
Bayu menggeleng-gelengkan kepala putus asa,
"Dia
perempuan yang
kaucintai, bagaimana mungkin aku bisa berjuang agar bisa menjadi
soulmatenya? Kau pikir aku sejahat itu padamu ? Kalau kau memang mencintainya, kenapa bukan kau yang berjuang menjadi
soulmatenya ??!!"
"Aku tidak bisa",
suara Louis pilu, menahan kepedihan yang tak tertahankan, "Dia
meyakini soulmatenya pada akhirnya
akan dipertemukan Tuhan untuk menemaninya
selama sisa hidupnya,
sedangkan aku,
mungkin tahun depan aku sudah mati! Bagaimana mungkin
aku
tega melakukan itu
kepadanya ??"
"Lalu aku ? Bagaimana mungkin aku tega melakukan itu padamu?!", Bayu mendesah, frustasi.
"Aku ingin meninggalkannya dengan tenang, kalau ada kau yang menjaganya, aku bisa
pergi dengan tenang"
Bayu meremas rambutnya putus
asa,
"Dia belum tentu menyukaiku", gumamnya, mulai menyerah untuk memenuhi
permintaan Louis.
"Aku akan membuatmu bisa
disukai olehnya",
"Kalau begitu kita mencuranginya, kalau dia
tahu dia akan membenci
kita berdua"
"Dia tidak akan tahu"
Bayu mendesah dengan kekeras kepalaan
Louis. "Baiklah, aku akan mencoba"
Senyum Lou langsung merekah,
"Tunggu dulu, aku
bilang aku akan mencoba, aku tidak
bilang akan melakukannya, Aku bersedia
menemui perempuan itu, tapi lanjut atau tidaknya kita lihat saja
nanti.
Kalau aku tidak sanggup
untuk menyukainya,
aku tidak mau berusaha menjadi soulmatenya!", Bayu menyatakan
persyaratannya dengan tegas.
Louis
tersenyum,
"Kau akan mencintainya, aku yakin"
................
Bayu terdiam setelah menyelesaikan
ceritanya, menatap Elsa
yang duduk di sofa
sambil
memeluk
kedua lututnya,
"Dan dia
benar, aku benar-benar
mencintaimu"
Mata Elsa berkaca-kaca,
"Maafkan aku", Elsa menutup mukanya dengan kedua tangannya, "aku tidak bisa memikirkan masalah itu, pikiranku dipenuhi oleh Lou"
Bayu mengernyit, perasaannya terusik.
Apakah
Elsa jangan-jangan
mencintai
Louis?
apakah jangan-jangan
mereka
berdua saling
mencintai,
Lalu sama-sama menunggu di sudut yang
saling membelakangi. Mereka terpisah, meski tak sadar, dihujam perasaan
yang menggilakan.
*************
Pagi
itu Elsa terbangun dengan kepala pening, tapi dia memaksakan
diri,
Dia harus
berbicara dengan Louis.
Baru saja dia
selesai mandi dan berpakaian ketika ponselnya berdering.
"Els...?",
suara Bayu menyiratkan kecemasan yang membuat jantung Elsa
serasa diremas.
Lou !!!!
"Lou tidak apa-apa?"
"Pagi tadi
kondisinya turun drastis, aku melarikannya ke rumah sakit,
kondisinya kritis
Els !!"
Telepon itu terbanting tanpa sempat ditutup, Elsa
menghambur
ke
rumah sakit.
Dikoridor menuju ke ruang perawatan Lou Elsa melangkah setengah berlari,
setiap langkah
jantungnya serasa main sakit, makin nyeri,
napasnya makin sesak,
Jangan Tuhan !! Jangan sampai terjadi apa-apa pada Lou, buat dia baik-baik saja!! Aku mohon, aku mohon....
Elsa memegang dadanya yang makin terasa nyeri,
Bayu berdiri
di depan pintu ruang iccu menunggunya, masih mengenakan
jas putihnya.
"Bagaimana kondisi Lou ?",
napasnya terengah.
Bayu
menyentuh lengan Elsa menenangkan,
"Masa kritisnya
sudah
lewat, dia sudah sadar, apakah
kau ingin menemuinya ?",
tanyanya lembut. "Aku mau",
Elsa merasa lega bukan
kepalang, Tuhan
masih memberinya kesempatan.
Dadanya berdegup kencang lagi.
Kali ini penuh dengan ketidaksabaran untuk menemui
Lou.
Bahwa sesuatu
yang
biasanya ada bisa menjadi berarti
karena
ketiadaannya.
Seperti
kehadiranmu yang
kuimpikan
karena
ketidakhadiranmu
sampai matahari hampir terbit
***********
Saat itu hujan
turun dengan derasnya
di pagi yang berselubung awan gelap, air
bergemericik
menetes-netes di
luar jendela
Louis setengah duduk di ranjang, punggungnya disangga bantal
supaya nyaman. Begitu tenang,
hampir
tidak ada emosi
di wajahnya.
"Lou ?",
Elsa bergumam hati-hati,
melangkah memasuki kamar perawatan,
Louis yang semula
memandang menerawang
menatap hujan ke jendela luar menolehkan
kepalanya dan tersenyum lembut,
"Maaf membuatmu cemas, biasanya serangannya tidak separah
ini"
"Lou !!",
air mata mengalir deras di
mata Elsa, tanpa dapat
menahan perasaannya, dia
menghambur ke pelukan Louis yang langsung merentangkan tangan, membalas
memeluknya,
"Hei...hei... Kenapa? Jangan menangis
Els", Lou memeluk Elsa
erat-erat, menepuk-nepuk punggungnya dengan penuh rasa sayang.
Hati Elsa semakin perih ketika merasakan
tubuh Louis dalam pelukannya, kenapa dia tidak
menyadarinya?? Louis
begitu kurus, tubuhnya begitu ringkih, dan selama ini Louis menanggung
kesakitannya sendirian.
"Kenapa kau tidak mengatakannya padaku?"
"Aku tidak ingin kau sedih"
jawaban yang sederhana. Tetapi begitu menyentuh
hati.
"Aku lebih sedih kalau mengetahuinya belakangan, kau tahu ?, seharusnya kau tidak
menanggung semuanya sendirian, seharusnya aku ada untuk berbagi
beban ini bersamamu ",
Elsa mendongak dan
menatap Louis yang masih memeluknya, tiba-tiba merasa cemas, "
Apakah kau lelah ?"
Louis tampak begitu pucat, Bayu sudah memperingatkannya untuk tidak
membuat
Louis
kelelahan karena kondisinya masih sangat lemah.
"Tidak ", dan itu
adalah jawaban
jujur, Louis tidak merasa lelah, dia terlalu
bahagia untuk merasa
lelah. Dengan Elsa di
pelukannya dia merasa kuat.
Seolah olah mereka
begitu lengkap, begitu
sempurna hanya berdua, dan seluruh dunia hanyalah ruang dan waktu yang tidak berarti.
"Aku tidak boleh membuatmu
kelelahan"
"Kau tidak membuatku lelah, kumohon jangan pergi", Louis mempererat pelukannya seolah-olah
takut ditinggalkan, "Temani aku
melihat hujan, karena hujan terasa menyedihkan kalau dinikmati sendirian"
Elsa tersenyum menyadari Louis
mengutip kata-kata yang pernah dia
ucapkan dulu.
"Aku ada di sini
bersamamu"
Jawaban yang sama, hanya kali ini Elsa
yang
mengucapkannya.
Louis menyadari juga kalau Elsa menirukan jawabannya dulu.
Dia tersenyum, lalu menggeser tubuhnya supaya posisi
Elsa lebih nyaman
berbaring di sebelahnya,
"Tidak apa-apa kalau
aku ikut berbaring disini?"
"Sepupuku dokter utama, pemilik
saham terbesar di rumah sakit ini, siapa yang berani
mengusik
kita ?", Louis bergumam setengah tertawa,
Elsa
juga
tertawa,
Setelah itu mereka
terdiam, berbaring
bersama, berpelukan dalam keheningan.
Hanya suara
derasnya air hujan dan tetesan air
yang
menjadi musik kebersamaan mereka,
melingkupi mereka
Lanjut Bagian Empat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar