Daftar Blog Saya

Minggu, 14 Mei 2017

Kutipan Belajar Hidup dari Rumi

Jadilah lentera, atau sekoci penyelamat, atau sebuah tangga. Bantu sembuhkan jiwa seseorang. Keluar dari rumahmu bak seorang pengembala. (hlm. 106)

Beberapa kalimat favorit dalam buku ini:
  1. Jadilah lentera, atau sekoci penyelamat, atau sebuah tangga. Bantu sembuhkan jiwa seseorang. Keluar dari rumahmu bak seorang pengembara. (hlm. 106)
  2. Jadilah selembar kertas kosong, jadilah sebidang tanah yang tak ditumbuhi apa-apa, siap ditanami. Sebutir padi. Mungkin dari sang mutlak. (hlm. 117)
  3. Hari ini seperti hari lain. Kita bangun, merasa hampa dan takut. Jangan buka pintu kamar. Belajar dan mulai membaca. (hlm. 145)
  4. Dunia ini adalah gung, segala yang kau kerjakan menggema kembali kepadamu. (hlm. 159)
  5. Kau bukan sekedar tetesan di tengah samudra. Kau adalah samudra dahsyat dalam tetesan. (hlm. 165)
  6. Kita lahir dari cinta. Cinta adalah ibu kita. (hlm. 258)

Kutipan San Francisco

Orang-orang tidak seharusnya membuat standar untuk ‘akhir yang bahagia’. (hlm. 201)
Kebahagiaan baru berakhir kalau hidup juga sudah berakhir. (hlm. 201)
“Dan, ini dia. Matahari terbit yang tidak pernah dilihat, simfoni kesepuluh yang tak pernah diselesaikan. Kehidupan yang tak pernah dijalani.” (hlm. 168)

Beberapa kalimat favorit dalam buku ini:
  1. Cara terbaik untuk merayakan keberhasilan dalam bermusik, ya dengan bermusik. (hlm. 139)
  2. Kalau bisa buat sendiri kan tidak perlu repot-repot mempertimbangkan perlu beli atau tidak. (hlm. 146)
  3. Yang penting dari suatu negara bukan alamnya, tapi manusianya, kan? (hlm. 147)
  4. Kalau kau ditakdirkan bersama, proses peleburannya tidak akan terlalu menyakitkan. (hlm. 183)
  5. Tidak semua orang harus menikahi orang yang dicintainya, tidak semua orang harus mendapat pekerjaan yang sesuatu untuknya, atau menjadi orang yang selalu dia inginkan. (hlm. 201)
  6. Senyum seperti mata uang yang bisa dipakai untuk membeli kebahagiaan. (hlm. 208)
  7. Kadang kita adalah bagian dari sebuah kisah, tapi kisah yang sebenarnya bukan tentang kita. (hlm. 213)
Beberapa selipan sindiran halus dalam buku ini:
  1. Mungkin cowok memang menilai cewek sebagian besar dari penampilannya saja. (hlm. 11)
  2. Orang yang bisa main musik bisa dapat cewek mana pun. Tingal buat lagu untuk mereka, dan mereka merasa harus naksir padamu. (hlm. 19)
  3. Kenapa kau belum punya pacar? Mukamu tidak jelek-jelek amat. Kau sudah hampir 30 tahun. Itu berarti, kau sudah tua. (hlm. 21)
  4. Apa orang depresi tidak boleh bercanda? (hlm. 22)
  5. Kalau kau sukanya begitu, ya terserah dong. (hlm. 26)
  6. Urusan rumah tangga adalah urusan pribadi, tahu kan? (hlm. 31)
  7. Bukankah mereka tidak akan pernah sampai di surga, kalau membuang hidup mereka dengan sengaja? (hlm. 129)
  8. Gadis-gadis yang terlalu sering minum kopi tidak akan pernah bisa menikah. Soalnya mereka lebih suka kopi daripada lelaki. (hlm. 141)
  9. Berhentilah mencoba memperbaiki keadaan, dan jangan pernah mengusulkan kencan ganda lagi. (hlm. 152)
  10. Orang-orang yang sangat berbeda bisa saja tetap hidup bersama, tapi kalau mereka bertentangan dalam hal paling dasar, sepertinya sangat sulit dijalani. (hlm. 198)
  11. Jadi normal terlalu diremehkan. (hlm. 206)
  12. Jadi normal itu jauh lebih susah daripada jadi tidak normal. Soalnya, semua orang pada dasarnya abnormal; sebagian hanya lebih jago menyembunyikannya. (hlm. 207)
 

Kutipan Jakarta Sebelum Pagi

Yang lebih menakutkan dari pada apa pun yang kita takutkan adalah kalau kita terus-terusan merasa takut. (hlm. 136)
“Buku bekas punya lebih dari sekadar cerita yang tertulis di kertas-kertas di dalamnya. Ada cerita dalam dirinya. Kadang-kadang, ada tulisan pemilik sebelumnya di halaman-halaman; pesan atau ucapan dari pemberi buku, nama dan kota tinggal pemilik buku, tanda bintang di kutipan-kutipan favorit.” (hlm. 147)

Beberapa kalimat favorit dalam buku ini:
  1. Kamu harus punya sesuatu yang membuat orang melirik, dan mengingat kamu. (hlm. 41)
  2. Kesedihan nggak bisa dibandingkan. (hlm. 82)
  3. Memikirkan penghasilan nggak salah, kok. Itu contributing factor setiap pekerjaan. Tapi, kamu nggak perlu memikirkannya dalam satu hari, kan? (hlm. 122)
  4. Orang punya cara menghadapi kesedihannya masing-masing. (hlm. 148)
  5. Banyak hal yang membuat kita waspada. (hlm. 151)
  6. Semua orang mengalami tragedi dalam hidupnya. Nggak semuanya besar menurut orang, tapi semuanya besar bagi yang mengalami. (hlm. 152)
  7. Kamu hanya perlu mendengarkan dengan lebih baik. (hlm. 177)
  8. Ketika seorang lelaki tidak dikenal memegang tanganmu dan mengajakmu berlari, berlarilah dan jangan pernah lepaskan dia. (hlm. 178)
  9. Luka dari masa kecil itu lebih sulit disembuhkan daripada yang kamu dapat setelah dewasa. (hlm. 200)
  10. Kamu yang menentukan apa yang mau kamu lakukan. (hlm. 201)
  11. Kamu harus tahu kalau nggak ada orang lain yang bisa menanggung risiko dari perbuatan yang kamu pilih. (hlm. 201)
  12. Kehidupan cinta, dan kematian ada di satu teko teh. Kamu nggak bisa menghentikan percampurannya. Jangan merasa kasihan pada orang yang meminumnya. (hlm. 208)
  13. Mungkin cara hidup manusia tidak tergantung pada waktu. Mungkin yang memengaruhi cara hidup mereka adalah diri mereka sendiri. (hlm. 213)
  14. Kita semua merasa sedih, kadang-kadang. Buka n karena terjebak masa lalu, tapi karena kita perlu merasa sedih, kadang-kadang. (hlm. 245)
  15. Ketika dua orang dinasibkan untuk berjodoh berhasil saling menemukan, tetapi juga ditakdirkan untuk berpisah. (hlm. 248)
  16. Kadang-kadang, kamu mengingat sesuatu yang terjadi jauh di masa lalu, lebih baik daripada apa yang terjadi kemarin. (hlm. 261)
Beberapa selipan sindiran halus dalam buku ini:
  1. Katanya, orang-orang, kalau sudah dewasa, biasanya mau coba hidup mandiri. (hlm. 39)
  2. Tumbuh dewasa rasanya seperti itu. Waktu masih kecil, semua orang perhatian. Tapi, begitu dewasa, sedikit demi sedikit, kamu hilang dari pandangan. (hlm. 40)
  3. Anak kecil punya cara untuk membuat orang dewasa memenuhi keinginannya. Ada yang menjerit-jerit. Ada yang ngambek. (hlm. 40)
  4. Bukannya menemukan orang yang bersedia menghabiskan waktu untuk mendengarkan kamu itu lebih penting daripada memaksakan diri untuk dilihat orang yang bahkan nggak peduli? (hlm. 43)
  5. Kalau kita berhenti bersikap paranoid, sekali aja, dan memberi kesempatam agar hal aneh terjadi dalam hidup kita. (hlm. 47)
  6. Kalau kamu terlalu lama tinggal sendiri dan hampir nggak pernah ketemu orang, pola pikir kamu jadi jauh dari pola pikir kebanyakan orang. (hlm. 69)
  7. Jangan pernah membaca karena ingin dianggap pintar, bacalah karena kamu mau membaca, dan dengan sendirinya kamu akan jadi pintar. (hlm. 72)
  8. Rasanya bego kalau terus-terusan sedih, padahal ada banyak yang harus dilakukan dan ada banyak makanan enak. (hlm. 90)
  9. Jangan berkecil hati begitu. (hlm. 122)
  10. Jangan terburu-buru dalam mengambil keputusan besar. (hlm. 123)
  11. Buku membuat mereka merasa pintar dan kaya. Bahkan, meskipun mereka tidak membacanya. (hlm. 146)
  12. Waktu ketemu orang baru, selalu ada hal-hal yang nggak kita tahu soal dia, kan? Banyak hal yang membuat kita waspada. (hlm. 151)
 

Kutipan Typo

Ketika Tuhan tak merencanakan laki-laki dan perempuan untuk berjodoh, para orangtua akan turun tangan untuk menyatukan mereka. (hlm. 22)
“Tugas kalian sebagai orangtua adalah mengasuh dan membimbing mereka untuk menjadi pribadi hebat yang anak-anak kalian impikan. Jangan sengaja jadi sumber kemarahan dan ketidakbahagiaan mereka.” (hlm. 46)

Kalimat favorit dalam buku ini:
  1. Karena rindu hanya mungkin terjadi pada hati yang sedang jatuh cinta. (hlm. 119)
  2. Kita adalah janji yang ditakdirkan untuk diingkari. (hlm. 207)
  3. Persahabatan bisa terpisahkan oleh ruang dan waktu, tetapi ketika bertemu lagi tetap bisa akrab dan bersenang-senang tanpa merasa janggal sama sekali. (hlm. 257)
  4. Perhatian seorang perempuan bisa diukur berdasarkan seberapa lama dia mau menunggu. (hlm. 281)
  5. Cinta adalah secangkir teh yang kau siapkan untuk orang yang belum tentu akan meminumnya. (hlm. 352)
  6. Orang bilang, cinta bisa tumbuh karena ada rasa saling membutuhkan. (hlm. 407)
  7. Tak ada yang lebih menyedihkan dari saat kakimu mulai melangkah, tak ada tangan yang berusaha menahanmu pergi. (hlm. 413)
  8. Seringnya keberhasilan seorang laki-laki diawali dengan menemukan yang tepat. (hlm. 454)
Banyak selipan sindiran halus dalam buku ini:
  1. Naksir cowok aja belum pernah, udah mau dijodoh-jodohkan aja! (hlm. 27)
  2. Tipikal attitude orang Indonesia banget. Semalang apa pun situasinya, selalu menemukan alasan untuk bersyukur. (hlm. 67)
  3. Anak mana sih yang senang mendengarkan omelan nonstop orangtuanya sendiri? (hlm. 75)
  4. Better late than never, but never late is better. (hlm. 86)
  5. Yang ditakdirkan untuk datang, akan datang. Yang ditakdirkan untuk pergi, akan pergi. Yang ditakdirkan membuatmu sakit hati, biasanya akan datang dan pergi sesuka hati. (hlm. 148)
  6. Tak apa-apa memang tak akan menyelesaikan masalah, tapi jauh lebih menenangkan batin ketimbang berdusta. (hlm. 149)
  7. Jadi, kalau udah nggak jomblo, lo bakal nganggurin gue? (hlm. 154)
  8. Laki-laki tak pernah keberatan menunggu perempuan cantik. (hlm. 175)
  9. Jadi, kalau berteman adalah sesuatu yang mustahil, pilihan apa lagi yang tersisa? (hlm. 178)
  10. Nguping itu ngak baik loh. (hlm. 217)
  11. Menunggu adalah aktivitas paling menyebalkan. (hlm. 223)
  12. Hanya cowok yang sedang jatuh cinta saja yang punya sikap seprotektif ini. (hlm. 274)
  13. Jangan main-main sama listrik kalau nggak mau kesetrum! (hlm. 288)
  14. Jangan kayak orang susah deh! (hlm. 296)
  15. Perilaku klasik pencuri. Nggak pernah ngaku. (hlm. 308)
  16. Sepatu nggak nyaman kok dipakai sih. nyari penyakit itu namanya! (hlm. 343)
  17. Kata orang; kalau berdua-duaan, orang ketiganya adalah setan. (hlm. 356)
  18. Perempuan adalah mahluk ciptaan Tuhan yang paling hebat. Mereka sanggup bertahan meskipun seumur hidup harus berurusan dengan sepatu tak nyaman, menstruasi, melahirkan, dan laki-laki yang membuat mereka kecewa. (hlm. 388)
  19. Dasar suka merendah! (hlm. 396)
  20. Memangnya nggak boleh jadi partner kerja sekaligus teman dekat? (hlm. 397)
  21. Berhenti mikirin hal yang sama terus-terusan. (hlm. 398)
  22. Semua yang jatuh cinta adalah orang-orang bodoh. Karena tak hanya membiarkan diri sendiri dalam keadaan teramat rawan, kita juga dengan cerobohnya membolehkan orang lain menjadi penjaga harta paling berharga; hati kita. Lebih bodohnya lagi, kita nggak bisa berbuat banyak bahkan ketika orang yang kita percaya menyia-nyiakan perasaan cinta itu. (hlm. 406)
  23. Sudah bukan zamannya lagi mencari pasangan karena alasan ekonomi, untuk membuat hidup terasa lengkap –atau lebih tepatnya lagi- karena sudah cukup umur untuk mulai memikirkan pernikahan. (hlm. 407)
  24. Tak seorang pun yang menjadi dirinya sendiri di internet. (hlm. 425)
  25. Cinta tak akan kunjung kau temukan kalau sejak awal memang tak pernah ada. (hlm. 438)
 

Kutipan Wonder Fall

Apa alasan yang paling masuk akal kenapa seseorang menolak menikah? Tentu saja karena tidak ada chemistry, tidak ada perasaan apa pun. (hlm. 299)
Betapa susahnya menjadi orang yang kadang terlalu sungkan untuk mengutarakan opininya dengan jelas karena mempertimbangkan perasaan lawan bicaranya. (hlm. 275)

Beberapa kalimat favorit dalam buku ini:
  1. Waktu bisa menyembuhkan luka. (hlm. 8)
  2. Tidak ada yang abadi di dunia ini. (hlm. 25)
  3. Kadang kita hanya harus tahu cara menghadapi seseorang. Cara yang tepat akan memberi hasil yang memuaskan. (hlm. 169)
  4. Kematian memang tidak pernah dihadapi. (hlm. 217)
  5. Hidup harus terus berjalan. (hlm. 258)
  6. Anak-anak adalah mahluk yang paling jujur. (hlm. 302)
  7. Kita tidak bisa memprediksi masa depan. (hlm. 314)
  8. Cuma ada dua orang yang saling jatuh cinta. (hlm. 322)
Banyak juga selipan sindiran halus dalam buku ini:
  1. Ada banyak orang yang berpikir ulang untuk buru-buru menikah. (hlm. 8)
  2. Ketika mendapat kesempatan untuk keluar dari zona nyaman, rasa cemas pasti menyerbu. (hlm. 17)
  3. Kau terlalu polos. Usia sudah tua, tapi masih memandang dunia dengan mata ala remaja belasan tahun. (hlm. 28)
  4. Jika bisa mulai bekerja lebih pagi, kenapa tidak? Ketimbang membuang waktu dengan memperbanyak jam tidur. (hlm. 34)
  5. Mengabaikan mahluk memesona seperti itu, dosa lho! (hlm. 44)
  6. Jika berpisah karena perceraian, tentu saja beda. Ada rasa benci, marah, murka. Perasaan seperti itu kadang memberi energi tambahan untuk mencari pasangan baru. (hlm. 45)
  7. Perempuan kadang membuat hal sederhana menjadi drama. (hlm. 100)
  8. Kenapa masyarakat menyamaratakan semua orang yang kebetulan tidak bernasib baik dalam hal pernikahan? (hlm. 111)
  9. Lebih baik kita lupakan hal-hal tak penting di luar sana. Fokuslah pada pekerjaan yang bertumpuk. Kita tidak bisa mengontrol opini orang. (hlm. 112)
  10. Apa ada larangan untuk berkenalan dengan orang yang sudah menikah? (hlm. 170)
  11. Dunia kadang lebih ajaib dibandingkan fiksi. (hlm. 205)
  12. Pacar psikopat itu sangat menyusahkan. (hlm. 205)
  13. Tolak jika kau tidak mau. Jangan biarkan memaksamu melakukan hal yang tidak kau inginkan. (hlm. 210)
  14. Kadang, nafsu makan bisa lenyap saat pembicaraan tidak memuaskan. (hlm. 216)
  15. Orangtua kadang sengaja pura-pura tidak tahu. Tapi punya insting atau radar yang luar biasa. (hlm. 278)
  16. Cemburu itu bisa membuat otak berkarat. (hlm. 303)
 

Kutipan Frankfurt

Rasanya begitu menangkan ketika ada orang lain untuk berbagi kesedihan. (hlm. 179)
“Aku melihat seseorang, dan aku melihat kisah orang tersebut. Kalau menarik, aku tulis, kalau tidak ya tidak kutulis.” (hlm. 30)

Beberapa kalimat favorit dalam buku ini:
  1. Orang bisa berubah seiring berjalannya waktu. (hlm. 23)
  2. Memang, jodoh sepertinya tidak akan kemana. (hlm. 29)
  3. Tidak pernah ada yang salah kalau kita bisa menikmatinya. (hlm. 169)
  4. Cinta tidak pernah melihat ketdiaksempurnaan pada pasangannya. Justru dia menyempurnakan ketidaksempurnaan itu. (hlm. 193)
  5. Tuhan memang menciptakan mahluknya dengan sempurna. (hlm. 201)
Beberapa selipan sindiran halus dalam buku ini:
  1. Zaman sekarang, dengan kecanggihan teknologi, sepertinya susah sekali menghafal nomor telepon. (hlm. 9)
  2. Namanya juga cari rezeki, masa mau tidur aja di rumah. (hlm. 101)