Daftar Blog Saya

Kamis, 15 Juni 2017

Kutipan The Little Paris Bookshop

Buku itu dokter sekaligus obat. Buku membuat diagnosis sekaligus menawarkan terapi. (hlm. 40)

“Anda perlu ruang tersendiri. Jangan terlalu terang, dengan selalu ditemani anak kucing. Dan buku ini, tolong dibaca lambat-lambat agar anda bisa beristirahat sekali-kali. Anda akan banyak berpikir dan mungkin sedikit menangis. Untuk diri sendiri. Untuk tahun-tahun yang berlalu. Tapi anda akan merasa lega setelahnya.” (hlm. 23)

“Coba baca ini. Tiga halaman setiap pagi sebelum sarapan sambil berbaring. Buku ini harus yang pertama kaubaca. Dalam beberapa minggu kau takkan terlalu nelangsa –akan terasa seolah kau tak perlu lagi menebus keberhasilanmu dengan kebuntuan penulis.” (hlm. 44)

“Apakah benar-benar tak ada buku yang bisa mengajariku memainkan lagu kehidupan?” (hlm. 51)

Banyak kalimat yang berhubungan dengan buku:
  1. Hanya karena bertambah tua sedikit, buku tidak lantas membusuk. (hlm. 21)
  2. Terimalah buku-buku berkualitas dan jangan menjalin hubungan tidak jelas dengan pria yang mengabaikan anda. (hlm. 22)
  3. Buku menepis kebodohan. Juga harapan kosong. (hlm. 22)
  4. Kadang-kadang, stoking lebih laris daripada buku. (hlm. 25)
  5. Banyak sekali yang bisa disampaikan dalam hidup. Hidup bersama buku, hidup bersama anak-anak, hidup untuk para pemula. (hlm. 32)
  6. Tentu buku lebih daripada dokter. Ada novel yang bisa menjadi teman seumur hidup yang penyayang; ada yang menjewer kita; lainnya menjadi teman yang memeluk dalam handuk hangat saat kita merasakan kerisauan musim gugur. (hlm. 40)
  7. Aku hanya bisa bernapas kalau membaca. (hlm. 53)
  8. Buku mengubah manusia. (hlm. 87)
  9. Buku adalah temanku. Kurasa aku mempelajari semua persaanku dari buku. bersama buku aku mencintai tertawa, dan menemukan lebih banyak daripada yang kutemukan dalam kehidupan di luar membaca. (hlm. 88)
  10. Kaupikir hanya tokoh dalam buku yang melakukan hal-hal gila? (hlm. 112)
  11. Buku adalah alat terbaru ekspresi dalam hamparan luas sejarah, mampu mengubah dunia, dan menggulingkan tiran. (hlm. 165)
  12. Membaca membuat kita kurang ajar. (hlm. 167)
  13. Dunia kata-kata tidak pernah nyata. (hlm. 209)
  14. Membaca membuat anda cantik, membaca membuat anda kaya, membaca membuat anda langsing. (hlm. 215)
  15. Buku tidak mengancam manusia. (hlm. 301)
  16. Makanan dan buku memiliki kaitan erat. (hlm. 343)
  17. Buku bisa melakukan banyak hal, tapi tidak segalanya. Kita harus menjalani sendiri hal-hal penting, bukan sekedar membaca. (hlm. 349)
Banyak kalimat favorit dalam buku ini:
  1. Kadang-kadang kita berenang dalam air mata yang tidak tumpah dan kita akan tenggelam kalau air mata itu tetap disimpan. (hlm. 18)
  2. Setiap orang punya bakat. (hlm. 39)
  3. Jika bisa melewati hari ini, aku pasti bisa melewati hari-hari lain. (hlm. 106)
  4. Di semua awal hiduplah kekuatan ajaib. (hlm. 107)
  5. Kematian tak berarti apa-apa. Kita akan selamanya seperti saat kita masih hidup bagi satu sama lain. (hlm. 158)
  6. Seumur hidup, cinta untuk orang tersayang yang pergi meninggalkan kita akan ada selamanya. Kita merindukan mereka sampai akhir hayat. (hlm. 164)
  7. Membaca –perjalanan tanpa akhir; perjalanan panjang benar-benar tanpa akhir yang membuat seseorang menjadi lebih sabar serta lebih penuh kasih sayang dan baik hati. (hlm. 164)
  8. Kita kekal dalam mimpi orang-orang yang kita cintai. Dan orang-orang sudah mati yang kita cintai terus hidup setelah kematian mereka dalam mimpi kita. Mimpi adalah penghubung antardunia, antarwaktu dan ruang. (hlm. 170)
  9. Kerinduan akan masa kecil, ketika hari-hari seolah menyatu dan berlalunya waktu tak memiliki konsekuensi. Perasaan dicintai dengan cara yang takkan pernah datang lagi. pengalaman unik ditinggalkan. Segala yang tak bisa ditangkap dengan kata-kata. (hlm. 199)
  10. Mencintai atau tak mencintai seharusnya seperti kopi atau teh; orang-orang seharusnya diizinkan memilih. Bagaimana lagi cara kita melupakan semua orang yang sudah mati? (hlm. 254-255)
  11. Kita semua hidup dalam kondisi yang dapat diduga. (hlm. 279)
  12. Tubuh kita lebih pandai mengingat seperti apa rasanya menyentuh seseorang daripada otak kita mengingat perkataannya. (hlm. 283)
Banyak juga sindiran halus dalam buku ini:
  1. Kenangan itu seperti serigala. Tak bisa dikurung dengan harapan tidak akan mengganggu kita. (hlm. 13)
  2. Kesalahan umum. Kita baru benar-benar mengenal suami bila sudah ditinggal minggat. (hlm. 14)
  3. Cinta, diktator yang menurut kaum pria sangat menakutkan. Tak heran bahwa laki-laki, mengingat maskulinitasnya, umumnya menyambut tiran ini dengan berlari menjauh. (hlm. 26)
  4. Pria bodoh adalah kehancuran bagi setiap wanita. (hlm. 30)
  5. Makin lama kehidupan makin dijalani, makin protektif orangtua terhadap masa-masa indah mereka; tak ada yang boleh membahayakan masa mereka yang tersisa. (hlm. 31)
  6. Perasaan agak sedih ketika persahabatan tak berjalan sesuai harapan sehingga kita harus melanjutkan pencarian untuk menemukan teman seumur hidup. (hlm. 33)
  7. Jika seseorang meninggalkan kita, kita harus menjawab dengan kebisuan. Kita tak diperkenankan memberikan hal lain bagi orang yang pergi; kita harus menutup diri. (hlm. 70)
  8. Ada ayah yang tak bisa mencintai anak-anaknya. (hlm. 143)
  9. Tak seorang pun jadi bijak jika tak pernah muda dan bodoh. (hlm. 150)
  10. Cinta kecil. Cinta besar. Payah, kan. Cinta memiliki banyak ukuran? (hlm. 159)
  11. Kenapa kau tak meninggalkannya sejak dulu jika dia bukan cinta besarmu? (hlm. 159)
  12. Hati-hati dengan omonganmu. (hlm. 217)
  13. Jiwa adalah apa yang tumbuh di sana, apa yang orang-orang lihat, hirup baunya, dan sentuh setiap hari, apa yang melewati mereka dan membentuk mereka dari dalam. (hlm. 217)
  14. Apakah benar pria memiliki kekasih berdasarkan kemiripan dengan ibu mereka? (hlm. 229)
  15. Kebiasaan adalah dewi yang sombong dan berbahaya. Dia takkan membiarkan apapun mengacaukan aturannya. Dia menekan keingina dan keinginan. (hlm. 235)
  16. Kematian orang-orang yang kita cintai hanyalah ambang antara akhir dan awal baru. (hlm. 401)