"Yang model itu"
Benak Elsa
melayang, kesosok wanita cantik, tinggi dan
sempurna yang pernah dilihatnya
bersama Louis beberapa waktu lalu,
"Tipe seperti itu lagi?"
Louis
menggulung majalah yang dibacanya dan memukulkannya ke kepala Elsa,
"Tipe seperti apa maksudmu?"Elsa
tertawa,
"Tipe boneka barbie"
Kali ini gantian Louis
yang tergelak,
"Kejam"
"Dan kau",
Elsa menunjuk ke hidung Louis,
"Hipokrit !"
"Kau perfeksionis
"Kau hedonis
!!"
"Kau..Kau..."
Louis tidak bisa melanjutkan
kata-katanya karena tertawa
keras. Menertawakan
tingkah spontan kekanak-kanakan mereka.
"Apa yang lucu?", Elsa mengerutkan keningnya, meski dengan
senyum tertahan.
Louis mengacak rambut Elsa dengan sayang,
"Kau yang lucu",
gumamnya penuh sayang, matanya berubah serius, "Bayu ke rumah kemarin, katanya kau menolaknya lagi
untuk kesekian kalinya"
Elsa
memutar bola matanya, topik yang ingin dihindarinya ! Dan Louis
langsung menyodorkannya ke depan
hidungnya !
"Aku masih tidak yakin Lou, entah kenapa....."
"Aku akan memaksanya berhenti merokok", gumam Louis penuh tekad
Mau tak mau Elsa tersenyum,
"Bukan karena itu Lou", mata Elsa menerawang, "Kau
ingat saat aku bilang bahwa aku pasti
akan tahu ketika aku
dipertemukan
dengan soulmateku?"
Louis
mengangguk,
"Yah...kupikir..", Elsa mengangkat bahu, "kupikir ketika aku bertemu dengan belahan
jiwaku,
dunia akan terasa meledak di
bawah kakiku, hatiku
akan berseru-seru, 'itu dia! Itu dia!,
setidaknya aku akan
merasakan getaran yang berbeda" "Dengan Bayu tidak terasa begitu?", Louis menebak,
Elsa
tidak menjawab, tapi
Elsa memang tidak perlu menjawab, Louis sudah tahu.
Dengan muram, tiba-tiba merasa
amat lelah, Louis menyandarkan kepalanya ke belakang dan
memejamkan mata,
"Louis ?", Elsa memanggil
ketika mendapati Louis tidak bersuara.
Louis tertidur,
pulas.
Elsa
mengernyit, sepertinya itu sudah menjadi kebiasaan Louis ahkir-akhirr
ini, dia sering tertidur
dimana-mana, di
kursi teras
belakang, disofa ruang tamu Elsa, di bioskop saat mereka nonton bersama,bahkan saat mereka
pergi bertiga bersama Bayu, Louis
tidak pernah
menyetir
lagi, lelaki itu lebih memilih duduk di
jok belakang dan tidur selagi ada kesempatan.
Apakah pekerjaannya begitu berat ahkir-ahkir ini
sehingga dia selalu kelelahan?
Elsa
mengamati Louis
yang tertidur dengan wajah
damai,
Betapa tampannya lelaki ini, Elsa mengernyit karena baru menyadarinya.
Selama ini yang ada di
ingatannya hanyalah keceriaan Louis,
dia selalu mengingat profilnya yang ceria dan
menyenangkan, dia
tahu Louis tampan,
tapi
tidak pernah memperhatikannya secara
eksplisit. Tapi hati memang tidak pernah memperhatikan penampilan fisik bukan?
Elsa mengernyit menahan perih yang menyeruak di
dadanya,
Belum cukupkah
keputusasaanku mencarimu
membuat hilangmu berhenti, lalu
kau datang
dan tak
lagi pergi...?
Membuatku tak
terbunuh lelah
mencari pasangan jiwaku.
Lou ,cepatlah
berkata...jangan terlalu lama…..
************
"Lalu apa yang harus aku lakukan ??!",
Bayu setengah berteriak,
marah, "Kalau dia memang tidak
merasakan getaran itu padaku,
aku harus berbuat apa??,
hatiku sudah cukup sakit menyadari perasaannya tak sebesar
perasaanku padanya, dan sekarang
kau
masih menyalahkanku???", nada frustasi
terdengar jelas di suaranya.Louis
mengetatkan gerahamnya,
"Kau tak perlu emosi
seperti itu"
"Tak perlu emosi
???!!, kau pikir aku mau
berada di situasi seperti ini? Kau yang membuatku
berada di posisi
menyakitkan ini, dan sekarang berani-beraninya kau menyalahkan aku karena
Elsa tidak merasakan getaran yang berbeda
ketika bersamaku !!!"
"Aku tidak menyalahkanmu, aku
hanya bilang kau kurang berusaha" Jawaban itu semakin
menyulut emosi
Bayu,
"Kurang berusaha katamu?
Kurang berusaha apa aku??!! Kau yang datang padaku setahun yang
lalu, memintaku,Memaksaku untuk jatuh cinta pada Elsa,
membentukku
menjadi sosok yang
sempurna untuknya, dan
aku mau melakukannya, aku bahkan benar-benar
jatuh cinta pada Elsa,
dan
sekarang, ketika aku menghadapi
kepahitan karena Elsa
tidak mencintaiku, kau menyalahkan
aku karena kurang berusaha ??"
"Bayu", Louis bergumam tenang,
mencoba meredakan emosi
Bayu, "maafkan keegoisanku" Dan berhasil, emosi Bayu mereda, lelaki
itu mengacak rambutnya frustasi,
"Maafkan aku", gumam Bayu lemah, "Pikiranku kalut,
"Aku mengerti, ini semua kesalahanku, ini semua karena keinginan egoisku agar Elsa berhenti
mencari, agar Elsa menemukan soulmate yang selama ini ditunggunya, aku ingin
Elsa
menemukannya,
dan aku memperalatmu"
Bayu
menghela napas,
"Aku senang bisa
diperalat, setidaknya aku mencintai gadis yang benar-benar berharga"
Hening. Hanya helaan
napas masing masing yang terdengar,
mencoba meredakan sesak di dada.
"Lou, kalau kau begitu mengerti
tentang Elsa, kalau kau menyadari
kau
sendiri bisa menjadi
sosok
sempurna yang diinginkan Elsa,
kenapa kau tidak pernah mencoba ?, setidaknya....."
"Kau tahu aku
tak
bisa", Louis menyela, kepedihan yang kental memenuhi suaranya, kesedihan
yang berat menggantung di udara.
"Dan kalian pikir aku
menemukan
soulmateku sendiri
???"
Suara bergetar Elsa di
belakang mereka
berdua membuat keduanya terperanjat, serentak menoleh ke belakang.
Elsa berdiri di sana, di
pintu rumah Louis
yang terbuka, tubuhnya bergetar oleh emosi, matanya
berkaca-kaca.
"Elsa...?",
Lou terdengar panik, berusaha
menjelaskan. Tapi tatapan tajam Elsa
yang
penuh
kebencian membuat kata-katanya terhenti.
“Tidak kusangka aku hanya menjadi ajang permainan di antara kalian berdua”, Elsa tidak dapat
menyembunyikan kejijikan di dalam nada suaranya, “Tidak kusangka……”, kini air mata mulai
mewarnai suara Elsa, "Pantas Bayu seperti jelmaan sosok soulmate yang kuimpikan.... pantas.....". suara Elsa tertelan oleh isakan.
“Aku tidak akan pernah mau bertemu kalian berdua lagi !”, serunya lagi sebelum air mata
menetes di pipinya.
Dia tidak akan menangis
di depan kedua laki-laki ini !!
“Els, Kau Harus
dengar dulu……Els !!!!!! “, Bayu berteriak langsung melompat
mengejar Elsa yang
membalikkan
badannya dan berlari
menjauh,
Louis terdiam di
tempatnya, tidak
berusaha mengejar,
pedih.
Bahwa sesuatu yang biasanya ada
bisa menjadi
berarti karena ketiadaannya.
Seperti
kenanganku tentangmu yang
kusyukuri ditengah-tengah
mereka
yang tak sempat
mengenangmu
waktu
malam kelam membungkusku dalam pilu.
*************
Dan kehadiranmu yang
kuimpikan karena
ketidakhadiranmu
sampai matahari
hampir terbit
Belum cukupkah
sepi dimataku
membuatmu
jatuh kasihan lalu
muncul
untuk memelukku,
wahai kau yang seharusnya membuat
jiwaku terlengkapi?
Belum cukupkah
keputusasaanku mencarimu
membuat hilangmu berhenti, lalu
kau datang dan tak lagi
pergi...?
Membuatku tak
terbunuh lelah
mencari pasangan jiwaku.
...................................
Dalam malam yang kelabu, Elsa
dan Louis sama-sama menunggu di
sudut yang saling
membelakangi. Mereka
terpisah, meski tak sadar, dihujam perasaan yang
menggilakan.
"Els...berhentilah mencari-mulailah
menunggu,
biar
aku yang akan menemukan kamu.",
demikian sebuah pesan sederhana, tersampaikan lewat jalinan
sendu.
Lou ,cepatlah
berkata...jangan terlalu lama…..
**********
Els
!! Kau harus mendengar penjelasan kami !! , Penjelasan dari Lou !!”, Bayu mencekal tangan
Elsa, menghentikan langkahnya.
Elsa
mencoba meronta, tetapi
cengkeraman tangan Bayu di lengannya terlalu kuat, terlalu kencang hingga ahkirnya dia
menyerah
dan menatap tajam ke arah Bayu, penuh
air mata, “Penjelasan apa lagi yang harus aku dengar
?!”, Teriaknya marah,
“Aku sudah mendengar
semuanya dari awal sampai
ahkir, Bahwa kalian berkonspirasi agar aku berhenti mencari soulmateku, bahwa kalian bersandiwara dengan lelucon Soulmate palsu ini ??!!”
“Tidak palsu, kau tahu aku sungguh-sungguh mencintaimu………”
“Dan yang paling menyakitkan, Lou yang melakukannya padaku ! Lou yang kupercayai ! Satu-
satunya orang yang kubagikan cerita mengenai
impianku tentang
sosok soulmate yang kuimpikan……..kalian pasti
menertawakan impianku itu
bersama di belakangku bukan ??!!!”, Elsa
melanjutkan kemarahannya, seolah-olah tidak mendengar kalimat Bayu sebelumnya.
Bayu terpekur,
“Kau tahu Louis tidak begitu, kau yang paling tahu”, gumamnya pilu,menyadari
kenyataan bahwa
Elsa
sama sekali tidak membutuhkan
penjelasan tentang cinta Bayu padanya, yang menyakiti Elsa adalah sesuatu yang dikiranya
sebagai pengkhianatan Lou.
Bayu mengeluh dalam hati, kenapa dulu dia
dengan bodohnya menerjunkan
diri ke tengah-
tengah kerumitan hubungan
dua
insan ini ?
“Lepaskan tanganku, aku sudah tidak ingin
mendengar apa-apa lagi
! kalian berdua sama-sama
kejam ! aku tidak mau bertemu
dengan
kalian lagi “, dengan
marah Elsa berusaha melepaskan diri
dari cengkeraman tangan Bayu.
“Els, Lou sakit !!! “,
Bayu mendesah, dia sudah melanggar sumpahnya pada Louis, sumpah untuk tidak pernah
melontarkan kebenaran itu ke depan Elsa
Rontaan Elsa
terhenti, terpana.
“Sakit ? “, ketika kesadaran itu merasuk
ke dalam pikirannya, dadanya langsung terasa nyeri,
“
Sakit apa ? “
Bayu terdiam,
Keheningan yang menyiksa
membuat ketakutan mendera seluruh jiwa Elsa, dicengkeramnya tangan Bayu yang masih mencengkeram lengannya.
“Sakit apa Bayu ???? !!!!”
Dengan sendu Bayu menggenggam kedua tangan Elsa,
“Dia terkena kanker
pankreas….”
“Apa…
?”,
Bayu terdiam, luluh lantak.
Tapi Elsa memang tidak membutuhkan jawaban, dia tahu, dia tahu,
Seharusnya dia menyadarinya sejak awal, perubahan
perubahan kecil
pada diri
Louis yang tak
pernah diperhatikannya, Lelaki itu ahkir-ahkir
ini jarang makan di depannya, dia
selalu membatalkan acara makan malam bersama yang biasanya menjadi
acara tetap mereka dengan
berbagai alasan,
dan kebiasaan baru Louis, selalu
terlihat kelelahan dan
gampang tertidur…. Bagaimana mungkin dia
begitu tidak
peka ? bagaimana mungkin dia tidak
menyadarinya ? dia
selalu melihat senyum ceria
Louis yang tidak ada habisnya, dan dia menganggap semuanya baik- baik saja,
sahabat macam apa dia ???
“Bagaimana mungkin
aku tidak tahu ? “, Elsa
berseru pedih
Bayu menggenggam
tangan Elsa sedih,
“Jangan menyalahkan dirimu, Louis bertekad merahasiakannya sampai ahkir, dia selalu berusaha
ceria di depanmu, berjuang keras agar
jangan sampai kau menyadarinya…… dia bahkan meminta
resep obat penahan
rasa
sakit dosis
tinggi agar
bisa tetap tersenyum di dekatmu”
Air mata mengalir deras
di pipi Elsa,
“Kapan dia mengetahuinya ? “
“Hampir satu tahun lalu”
“Apakah........ Parah… ?”, Secercah
harapan muncul di hati Elsa, kemajuan jaman sudah bisa
membuat orang mengatasi penyakit kanker
bukan ? banyak
penderita
kanker yang bisa
bertahan bahkan sembuh sepenuhnya. Kalau kanker yang di
derita Louis masih stadium awal,
bukankah masih ada kemungkinan Louis
sembuh
?
Bayu mendesah pelan,
“ Kanker
pankreas bisa
sangat ganas Els. Banyak penderitanya meninggal dalam kurun waktu setahun setelah didiagnosis.
Hanya sedikit, kurang dari
4 persen yang mampu bertahan
hidup sampai lima tahun setelah didiagnosis ”
"Tidak.....tidak....", Elsa berusaha menyangkal
kenyataan itu
"Kami sudah berusaha sebisanya Elsa,
semua obat dan metode pengobatan terbaru sudah kami
coba padanya, tapi
kankernya sudah stadium ahkir. Kanker pankreas terkenal tidak pernah memberikan gejala
awal, sudah terlambat ketika kami
mengetahuinya"
"Apakah maksudmu.... Maksudmu....", Elsa tidak berani melanjutkan kata-katanya, meskipun
pikirannya meneriakkan ketakutannya.
"Lou sekarat
Els", Bayu menyelesaikan kalimat Elsa dengan pedih, lalu spontan
dipeluknya Elsa erat-erat,
Elsa yang dihantam oleh kenyataan yang sangat menyakitkan itu hanya terdiam lunglai di
pelukan
Bayu. Bahkan air matanya tidak dapat mengalir keluar, dia
terlalu luluh lantak
untuk menangis.
Pada saat yang sama
Louis
melangkah ke arah taman, dan melihat kedua orang itu
berpelukan. Louis tertegun.
Rasa nyeri
yang amat sangat menusuk hatinya.
Tapi dia
harus bisa menahankannya.
Bukankah ini
yang dia mau ?
**********
Bayu mengajak Elsa
kembali ke rumah
Louis, tapi begitu berada di sana,
rumah Louis sepi dan
pintu kamarnya tertutup.
"Lou ?",
Bayu mengetuk kamar Louis
pelan. Tidak ada jawaban.
"Mungkin dia
kelelahan, ahkir-ahkir
ini kondisinya menurun, jadi gampang kelelahan.
Kita biarkan
saja
dia beristirahat ya?"
"Aku ingin menemuinya", Elsa bersikeras.
"Els,
mungkin dia sudah tidur
di
dalam sana, besok kau bisa
menemuinya"
"Lou ? Kau masih bangun ? Lou ?
Aku ingin bicara", dengan keras kepala Elsa mengetuk pintu
kamar Louis,
Tapi tetap saja hening dan tidak
ada
jawaban.
Elsa mendesah,
"Ayo, kita biarkan dia beristirahat", dengan lembut Bayu menghela Elsa ke ruang tamu, "Aku akan menceritakan padamu semuanya, dari awal sampai ahkir"
*************
"Kenapa kau baru
memeriksakan dirimu sekarang ??", Bayu mencengkeram pena di tangannya
dengan frustasi, di depannya terdapat hasil
tes Louis , positif
Kanker Pankreas
stadium empat.
"Aku selalu
merasakan sakit
bagai ditusuk di
ulu hati, tapi aku tidak pernah menganggapnya
serius, tapi ahkir-ahkir ini
makin lama makin sering,
aku tidak pernah menduga.....",
suara Louis tertelan di
tenggorokan
Bayu menatap Louis yang tampak pucat pasi,
sudah sewajarnya.
Siapa yang tidak akan shock
mendapati dirinya mengidap kanker stadium empat dengan harapan hidup yang sangat tipis
? "Apakah.... Apakah aku sekarat?"
Bayu tersentak mendengar pertanyaan itu, cepat-cepat menyanggah,
"Bicara
apa
kau?? Tentu saja kami akan mengusahakan yang terbaik untukmu!! Jangan berpikiran
seperti itu dulu ...."
"Bayu, aku tidak bodoh, jawab aku, berapa persen
kemungkinan penderita dengan
keparahan seperti aku ini hidup?"
Empat persen. Angka itu langsung muncul di benak Bayu.
Harapan hidup untuk penderita kanker
pankreas
stadium ahkir cuma empat persen.
Tapi kata kata itu
tercekat di tenggorokannya. Bagaimana mungkin dia
mengatakan kepada Louis bahwa harapan hidupnya hanya empat persen ??
Lanjut Bagian Tiga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar