Daftar Blog Saya

Senin, 17 April 2017

BISIKAN MALAIKAT KECILKU ( cerpen majalah Ummi )

Oleh: Utami Panca Dewi


            Memiliki anak dengan banyak talenta merupakan karunia tersendiri. Untuk menggali talenta buah hati, banyak orang tua yang berlomba-lomba memberikan berbagai macam les tambahan bagi putra-putrinya.
            Saya juga termasuk orang tua yang ingin anaknya memiliki kepandaian dalam bidang tertentu, khususnya seni. Sejak kelas satu SD, anak perempuan saya sudah saya ikutkan les menari, melukis dan les vokal. Tetapi rupanya di bidang menari dan menyanyi ia kurang berminat. Untuk menggambar dan mewarnai, ia kelihatan ada bakat. Hal itu dibuktikannya dengan nilai akademisnya yang mendapatkan A dan beberapa kejuaraan yang berhasil diraihnya.
            Kelas dua, les menari dan les vokal saya hentikan, saya ganti dengan les artskill dan les biola. Saya tunggui ia setiap kali berangkat les biola. Betapa senang dan bangganya perasaan saya ketika ia bisa naik ke atas pentas dengan biola kecilnya. Tepuk tangan meriah dari penonton sungguh melambungkan saya, ketika ia berhasil membawakan dua buah lagu anak-anak.
            Saya bak seorang awak media, sibuk mengabadikan peristiwa itu dengan gadget di tangan. Setelah itu, saya upload fotonya di sosial media. Banyak teman-teman yang memuji saya, karena saya memiliki anak yang bertalenta di bidang musik.
            Namun suatu hari, saya dikejutkan dengan permintaan atau lebih tepatnya permohonannya. Ketika itu, ia sedang berbaring dan bersiap-siap untuk tidur. Tiba-tiba ia berkata, “Bunda, Karen ingin ngomong sesuatu sama Bunda. Tapi Bunda jangan marah ya...”
            Aku tersenyum sambil mengangguk mengiyakan permintaannya. Lalu ia melanjutkan perkataannya.
            “Adik tu sebetulnya pengeeen banget ikut les qiroati di sekolah.”
            “Kenapa?”
            “Adik pengen seperti Rara sama Bella. mereka jilidnya sudah tamat dan sudah boleh membaca Al-Qur’an. Adik pengen les biolanya berhenti dulu dan ganti les qiroati, please....” bisiknya memelas.
            Aku terdiam sejenak. Selama ini, gadis kecilku memang sudah aku masukkan ke SD Islam terbaik di kotaku. Dengan sistem one day school, ia harus berangkat pukul 07.30 WIB dan baru pada pukul 15.00 WIB, ia tiba kembali di rumah. Tetapi bisakah itu menjadi jaminan bahwa bekal agamanya telah cukup? Sementara aku sendiri sehari-hari selalu sibuk dengan pekerjaan kantor yang seolah tak pernah selesai.
            Tak terasa mataku membasah mendengar permintaannya itu. Aku jadi teringat terjemah dari QS Al Kahfi:67: “Harta dan anak itu adalah perhiasan dunia.”  Juga terjemah dari QS Al-Anfal ayat 28: Sesungguhnya harta-hartamu dan anak-anakmu adalah fitnah.” Betapa naifnya aku yang berbangga-bangga dengan talenta seni yang dimilikinya, sementara kebutuhan rohani sebagai bekalnya di akhirat nanti justru aku abaikan. Padahal kebanggaan di dunia itu hanyalah sementara sementara akhirat itu abadi.
            Dengan lembut aku sentuh dagunya sambil berkata, “Iya boleh... Maafkan Bunda ya Nak.” Senyum segera menghiasi seri wajahnya dan tangan kecilnya terulur memelukku. Terima kasih malaikat kecilku, bisikanmu telah menyadarkanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar