Daftar Blog Saya

Kamis, 11 Mei 2017

Kutipan Kali Kedua

Tak harus jadi yang pertama, tak harus cinta yang pertama untuk bisa jadi yang utama di hati. Cinta kali kedua terkadang lebih indah dari yang pernah dibayangkan, karena Tuhan selalu punya cara membahagiakan. (hlm. 278)

Beberapa kalimat favorit dalam buku ini:
  1. Bahagia itu sederhana. Menikmati cokelat, misalnya. Atau, di sela rintik hujan dan bersamamu. (hlm. 5)
  2. Yang lalu biarlah berlalu. Nikmati saat ini dan berusaha lebih baik untuk masa depan. (hlm. 11)
  3. Hidup memang selalu dihadapkan dengan pilihan. Bagaimana orang memilih, di sanalah kedewasaan dibutuhkan. (hlm. 14)
  4. Tiada kata akhir untuk pintu harapan, termasuk dirimu. (hlm. 87)
  5. Kamu, satu yang membuatku berhenti membenci cemburu. (hlm. 241)
  6. Cinta itu tak ternilai seperti hadirmu untukku. (hlm. 249)
Banyak selipan sindiran halus dalam buku ini:
  1. Aku lebih suka kalau kamu bahagia daripada bersamaku tapi kamu tertekan. (hlm. 6)
  2. Hanya patah hati. Tapi, bukan berarti aku harus marah. (hlm. 6)
  3. Nggak usah ngelirik-lirik. Nanti naksir. (hlm. 8)
  4. Jangan gampang marah, jangan suka motong ucapan orang lain. (hlm. 12)
  5. Jangan suka dikit-dikit marah. (hlm. 13)
  6. Kehilangan lebih terasa saat sudah merasa memiliki. (hlm. 25)
  7. Kadang, tak tahu itu lebih menyenangkan. (hlm. 29)
  8. Kehilangan yang paling menyakitkan adalah kehilangan tanpa kenangan. (hlm. 35)
  9. Kalau lagi cemburu, kamu seram juga ya. Suka hilang akal. (hlm. 53)
  10. Rindu kebiasaan adalah hal terpilu dari kehilangan. (hlm. 75)
  11. Rasanya sakit saat ada orang yang selalu bilang ikhlas, ikhlas, dan ikhlas, tapi mereka tak tahu apa yang dia rasakan. (hlm. 79)
  12. Jangan terlalu memforsir diri. Menyibukkan diri memang sebagian cara untuk melupakan sesuatu. (hlm. 84)
  13. Makan saja perlu disuruh. Kamu itu kan bukan anak-anak lagi. (hlm. 88)
  14. Melihatmu sama saja menumpuk rindu. (hlm. 95)
  15. Jangan suka marah-marah, logikamu nggak pernah jalan kalau lagi marah. (hlm. 101)
  16. Merajuk tanda hati mulai terpaut. (hlm. 143)
  17. Untuk apa mandiri kalau ada orang-orang bersedia ikhlas jadi sandaran? (hlm. 159)
  18. Terkadang kita lupa, pengharapan yang besar akan sama besar dengan rasa sakitnya kecewa. (hlm. 167)
  19. Cinta tak bisa dipaksa. (hlm. 205)
  20. Jadi cuma gandengan tangan bikin kamu kenyang? (hlm. 263)
  21. Jangan memaksakan, nikmati waktu remajamu. (hlm. 277)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar