Apa pun pilihanmu, jika kau yakin benar-benar mencintai dan mau hidup di dalamnya, maka jadikanlah pegangan yang kuat. Keyakinan dan kemauan untuk bekerja keras itu akan menjawab semua pertanyaan. (hlm. 185)
“Hidup di dunia nyata mengajarkan bahwa yang dibutuhkan dalam hidup ini sesungguhnya hanya duit! Dan duit tak bisa kau dapatkan dengan bergelut di bidang seni. Seni itu omong kosong. Seni itu tak bisa menghidupi, yang ada malah membuatmu mati lebih dini.” (hlm. 26)
“Sekolah apa saja, asal tidak ada hubungannya dengan dunia hiburan, seni, biduan, dan orang-orang yang bila kita tonton di televisi selalu ditabur gemerlap lampu panggung.” (hlm. 118)
Banyak kalimat favorit dalam buku ini:
- Jalani hidupmu. Hadapi kenyataan. (hlm. 18)
- Hidup itu harus seimbang, ya ke atas, ya ke samping. (hlm. 29)
- Kalau kau tak mau hidup sengsara, bekerja saja mencari tambahan duit sejak sekarang. (hlm. 33)
- Orang pandai karena mau belajar dan latihan. Tidak cuma masalah bakat. (hlm. 41)
- Membaca adalah salah satu cara melupakan kesedihan sekaligus kemarahan. (hlm. 43)
- Imajinasi seringkali membantu memberi dorongan seseorang untuk meraih mimpi. (hlm. 71)
- Semakin dini persiapan, akan semakin baik hasil akhir yang diberikan. (hlm. 73)
- Bila itu pilihanmu, kau harus tekun dan berhasil. (hlm. 92)
- Tak setiap keinginan bisa terwujud begitu saja. (hlm. 109)
- Memiliki anak yang sukses adalah salah satu cita-cita orangtua. (hlm. 114)
- Belajar itu mengenai perihal kesenangan, bukan begitu? (hlm. 146)
- Kau sendiri yang mengambil keputusan, maka yang menjalani dan bertanggung jawab atas hidup kau pilih adalah dirimu sendiri. (hlm. 154)
- Kehidupan memang tak pernah terlalu lama memberi kemudahan dan kebahagiaan. (hlm. 183)
- Hidup tak melulu memberi kemudahan, bahkan kerap melimpahkan kesulitan yang luar biasa kerasnya. (hlm. 187)
- Apakah keputusan baik dan buruk harus bergantung pada persetujuan orang lain? (hlm. 199)
- Pasrah bukan berarti tidak melakukan apa-apa. Manusia tetap harus berusaha. Bila usaha yang dilakukan kemudian diberi hasil sesuai keinginan, ya matur nuwun. Namun bila tidak diberi hasil sesuai pengharapan atau malah gagal, ya tetap matur nuwun. (hlm. 224)
- Kenyataan hidup yang keras seringkali tanpa ampun mengubah penampilan seseorang dengan cepat. (hlm. 4)
- Orang kaya gemar bicara omong kosong. (hlm. 7)
- Kau memang begitu gigih mengejar mimpi, meski harus jatuh berkali-kali. Sayangnya kau tak pernah mau kompromi, bahkan saat melihatku kesulitan. (hlm. 7)
- Hidup telah terlalu jauh berjalan ke depan. Dalam menjalani kenyataan, tak elok dan tak ada manfaatnya bila terlalu sering berkata ‘seandainya’. (hlm. 8)
- Buat apa beradu mulut dengan orang hilang akal? (hlm. 17)
- Orang tidak waras malah dikunjungi dan didengarkan perkataannya. Kalau sudah demikian, lalu siapa yang sebenarnya gila kecuali si penangkap itu sendiri! (hlm. 23)
- Hidup ini keras dan kejam. Kau mengira hanya dengan banyak membaca, menulis, dan mendengarkan cerita maka semua permasalahan hidupmu mudah teratasi? Hal itu hanya akan terjadi di dunia mimpi. (hlm. 25)
- Anak kok ditakuti untuk punya cita-cita. (hlm. 27)
- Bagaimana nanti remaja itu berani tempur ketika dewasa, jika sedari kecil apa-apa sudah disiapkan? Yang ada, mereka akan tumbuh menjadi manusia lembek. (hlm. 27)
- Cewek kok galaknya kayak setan alas. (hlm. 33)
- Membicarakan keburukan orang lain padahal sosoknya sudah tak terlihat itu tidak baik. (hlm. 46)
- Mencari duit itu memang sulit. (hlm. 50)
- Dasar keedanan cinta. Jangan terlalu berlebihan. (hlm. 61)
- Berisik hanya menambah masalah. (hlm. 62)
- Masa lalu memang pahit. Tidak usah lagi diungkit-ungkit. (hlm. 67)
- Anak zaman sekarang bila ditegur pasti marah. Bila didiamkan, amak keburukannya akan semakin menjadi. Repot. (hlm. 67)
- Judi adalah jalan satu-satunya jalan keluar bagi orang kepepet yang berpikiran sempit. (hlm. 68)
- Pekerjaan yang tidak memiliki masa depan hanyalah yang tidak diusahakan dengan sungguh-sungguh. (hlm. 77)
- Saat bicara mengenai cinta, yang dilihat cewek zaman sekarang bukanlah mengenai ketulusan hati, tapi apa boncenganmu. (hlm. 85)
- Apa enaknya bicara dengan sekelompok remaja yang tak bisa berpikir dan bekerja? (hlm. 97)
- Membantu itu tak boleh setengah-setengah. (hlm. 103)
- Betapa orangtua gemar sekali membanding-bandingkan juga menuntut supaya anak berprestasi. (hlm. 109)
- Jatuh cinta barangkali memang membuat orang-orang menjadi bodoh. (hlm. 182)
- Begitu gampang melepas kemudahan yang diberikan oleh Tuhan, sementara ada banyak orang lain di luar sana yang berharap ada di posisi kalian. (hlm. 194)
- Mimpi itu hanya untuk seorang pemenang, bukan pecundang. Pemenang itu artinya yang tidak mogol atau berhenti di tengah jalan – pada apa pun pilihannya. Pemenang itu juga tidak cengeng. Meski cita-citanya dan cintanya kandas, ia akan segera pulih. (hlm. 195)
- Mengapa orang bisa begitu saja membelok dari jalan utama pilihan hidupnya? (hlm. 202)
- Mengejar keinginan tak semudah yang diduga. (hlm. 205)
- Barangkali hanya orang kaya yang bisa bertahan mewujudkan cita-cita di Jakarta. (hlm. 206)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar