Banyak kalimat favorit dalam buku ini:
- Bukankah setiap manusia berhak memilih jalan hidupnya masing-masing? (hlm. 5)
- Setiap orang pasti akan bertemu dengan jodohnya dan menikah di kemudian hari. (hlm. 18)
- Menikah bukan hanya perkara dua orang saling suka terus langsung pergi ke penghulu untuk mengucap janji pernikahan. Tanggung jawabnya terlalu berat. Mengikat. Sekaligus menjerat. (hlm. 60)
- Setelah kemalangan pasti ada keberuntungan. Setelah kesedihan pasti ada kebahagiaan. Karena memang begitulah hidup ini selalu berputar, seperti pergantian antara siang dan malam. (hlm. 107)
- Bukankah semua kejadian ini bisa terjadi atas ijin-Nya? (hlm. 137)
- Bukankah kesempatan kadang tidak datang dua kali? (hlm. 138)
- Banyak jalan menuju Roma. Banyak cara untuk mengejar cinta. (hlm. 202)
- Kalau kamu memang masih suka, nikah saja sama dia. (hlm. 233)
- Biarlah waktu yang menjawabnya. (hlm. 242)
- Biarlah cinta memilih jalannya. (hlm. 329)
- Untuk apa mengingat sebuah nama? (hlm. 5)
- Sesama buaya dilarang saling mendahului. (hlm. 10)
- Inilah untungnya pergi sama pacar. Kalau ada apa-apa begini sudah nggak usah bingung-bingung lagi. Cinta memang berguna untuk bayar ongkos juga. (hlm. 38)
- Jadi orang jangan pelit-pelit. Sekali-kali bagi rejeki dong sama orang kecil. (hlm. 55)
- Zaman memang sudah edan. Sudah tua. Sudah mau kiamat. Orang selingkuh sudah nggak dianggap dosa. (hlm. 69)
- Apakah sebuah kemalangan dan rasa sakit fisik selalu membangkitkan romantisme pada diri seseorang? (hlm. 85)
- Kamu sih, dari dulu lebih suka pacaran sama buku daripada cowok. (hlm. 116)
- Cantik? Tidak? Baik juga bukan. (hlm. 139)
- Cinta memang terkadang menjadi sebuah misteri yang tak pernah bisa dimengerti. Datang dan pergi sesuka hati. Menyiksa jiwa dengan rindu. Menggoda hati dengan keindahan khayalan. (hlm. 219)
- Jangan terlalu serius begitu. Nanti cepat tua. Cepet mati. (hlm. 253)
- Siapa sih perempuan yang suka melihat pacarnya dipeluk perempuan lain? (hlm. 263)
- Penyesalan memang tak pernah menyelesaikan persoalan. Ketika waktu sudah tidak bisa lagi diputar kembali ke awal. Kecemasan itu terasa semakin mencengkram batin. (hlm. 276)
- Nggak semudah itu. Yang namanya perasaan apa yang bisa dioper-operkan begitu saja. (hlm. 291)
- Dulu, mengapa resiko ini tak pernah kita pikirkan saat mengumbar kesenangan? (hlm. 302)
- Adakah yang lebih pahit dari cinta bertepuk sebelah tangan? (hlm. 333)
- Semua orang juga bakal mati. (hlm. 335)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar