“Buku bekas punya lebih dari sekadar cerita yang tertulis di kertas-kertas di dalamnya. Ada cerita dalam dirinya. Kadang-kadang, ada tulisan pemilik sebelumnya di halaman-halaman; pesan atau ucapan dari pemberi buku, nama dan kota tinggal pemilik buku, tanda bintang di kutipan-kutipan favorit.” (hlm. 147)
Beberapa kalimat favorit dalam buku ini:
- Kamu harus punya sesuatu yang membuat orang melirik, dan mengingat kamu. (hlm. 41)
- Kesedihan nggak bisa dibandingkan. (hlm. 82)
- Memikirkan penghasilan nggak salah, kok. Itu contributing factor setiap pekerjaan. Tapi, kamu nggak perlu memikirkannya dalam satu hari, kan? (hlm. 122)
- Orang punya cara menghadapi kesedihannya masing-masing. (hlm. 148)
- Banyak hal yang membuat kita waspada. (hlm. 151)
- Semua orang mengalami tragedi dalam hidupnya. Nggak semuanya besar menurut orang, tapi semuanya besar bagi yang mengalami. (hlm. 152)
- Kamu hanya perlu mendengarkan dengan lebih baik. (hlm. 177)
- Ketika seorang lelaki tidak dikenal memegang tanganmu dan mengajakmu berlari, berlarilah dan jangan pernah lepaskan dia. (hlm. 178)
- Luka dari masa kecil itu lebih sulit disembuhkan daripada yang kamu dapat setelah dewasa. (hlm. 200)
- Kamu yang menentukan apa yang mau kamu lakukan. (hlm. 201)
- Kamu harus tahu kalau nggak ada orang lain yang bisa menanggung risiko dari perbuatan yang kamu pilih. (hlm. 201)
- Kehidupan cinta, dan kematian ada di satu teko teh. Kamu nggak bisa menghentikan percampurannya. Jangan merasa kasihan pada orang yang meminumnya. (hlm. 208)
- Mungkin cara hidup manusia tidak tergantung pada waktu. Mungkin yang memengaruhi cara hidup mereka adalah diri mereka sendiri. (hlm. 213)
- Kita semua merasa sedih, kadang-kadang. Buka n karena terjebak masa lalu, tapi karena kita perlu merasa sedih, kadang-kadang. (hlm. 245)
- Ketika dua orang dinasibkan untuk berjodoh berhasil saling menemukan, tetapi juga ditakdirkan untuk berpisah. (hlm. 248)
- Kadang-kadang, kamu mengingat sesuatu yang terjadi jauh di masa lalu, lebih baik daripada apa yang terjadi kemarin. (hlm. 261)
Beberapa selipan sindiran halus dalam buku ini:
- Katanya, orang-orang, kalau sudah dewasa, biasanya mau coba hidup mandiri. (hlm. 39)
- Tumbuh dewasa rasanya seperti itu. Waktu masih kecil, semua orang perhatian. Tapi, begitu dewasa, sedikit demi sedikit, kamu hilang dari pandangan. (hlm. 40)
- Anak kecil punya cara untuk membuat orang dewasa memenuhi keinginannya. Ada yang menjerit-jerit. Ada yang ngambek. (hlm. 40)
- Bukannya menemukan orang yang bersedia menghabiskan waktu untuk mendengarkan kamu itu lebih penting daripada memaksakan diri untuk dilihat orang yang bahkan nggak peduli? (hlm. 43)
- Kalau kita berhenti bersikap paranoid, sekali aja, dan memberi kesempatam agar hal aneh terjadi dalam hidup kita. (hlm. 47)
- Kalau kamu terlalu lama tinggal sendiri dan hampir nggak pernah ketemu orang, pola pikir kamu jadi jauh dari pola pikir kebanyakan orang. (hlm. 69)
- Jangan pernah membaca karena ingin dianggap pintar, bacalah karena kamu mau membaca, dan dengan sendirinya kamu akan jadi pintar. (hlm. 72)
- Rasanya bego kalau terus-terusan sedih, padahal ada banyak yang harus dilakukan dan ada banyak makanan enak. (hlm. 90)
- Jangan berkecil hati begitu. (hlm. 122)
- Jangan terburu-buru dalam mengambil keputusan besar. (hlm. 123)
- Buku membuat mereka merasa pintar dan kaya. Bahkan, meskipun mereka tidak membacanya. (hlm. 146)
- Waktu ketemu orang baru, selalu ada hal-hal yang nggak kita tahu soal dia, kan? Banyak hal yang membuat kita waspada. (hlm. 151)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar