Daftar Blog Saya

Selasa, 18 April 2017

Kutipan Kedai Bianglala

Beberapa kalimat favorit dalam buku ini:
  1. Tapi bukankah cinta harus diperjuangkan? (hlm. 17)
  2. Fotografer hebat bisa menangkap momen dengan tepat, dalam situasi apa pun, tanpa memedulikan suasana hatinya. (hlm. 44)
  3. Orang bilang, rumah adalah tempat hatimu berada. (hlm. 64)
  4. Manusia itu sebenarnya hanya anak-anak, dengan bumi sebagai ibunya dan langit ayahnya. (hlm. 77)
  5. Itulah ibu. Selalu memikirkan anaknya di mana saja. (hlm. 130)
Banyak selipan sindiran halus dalam buku ini:
  1. Mungkin kita sama-sama jatuh cinta. Atau sama-sama terluka. Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin. (hlm. 29)
  2. Jangan remehkan waktu. (hlm. 31)
  3. Kau kau selalu memperumit sesuatu yang sederhana? (hlm. 34)
  4. Jangan sakiti dirimu sendiri. (hlm. 45)
  5. Orang dewasa banyak berpikir dan tenggelam dalam bicara, padahal mendengar jauh lebih penting. (hlm. 54)
  6. Kalau mau bilang sesuatu, bilang saja. (hlm. 57)
  7. Kamu bukan superman yang bisa menolong semua orang. Kamu manusia. Sama seperti aku. (hlm. 61)
  8. Perasaan di antara kita nggak segampang itu dihapus. (hlm. 67)
  9. Kita nggak mungkin sama-sama lagi. Kalau kamu menyimpannya, kamu akan lebih lama lagi memelihara harapan kalau kita sama-sama lagi. (hlm. 69)
  10. Siapa yang butuh romantis, jika kau menemukan kepingan terakhir yang menggenapi hatimu? (hlm. 83)
  11. Menikah itu bukan sekedar baju pengantin. Menikah itu penyatuan dua hal yang berbeda. (hlm. 90)
  12. Pernikahan lebih dari sekedar sejago apa istri memasak. (hlm. 100)
  13. Kita memilih jalan untuk membuatnya tidak ada. (hlm. 122)
  14. Jangan mengejar sesuatu yang indah, karena indah itu seringkali palsu. (hlm. 125)
  15. Bukankah manusia sudah dirancang untuk menahan beban yang terberat sekalipun? (hlm. 128)
  16. Karma biasanya akan datang kepada orang yang paling kita sayangi. Orang yang terakhir kita harapkan menderita. Karma rasanya dua kali lebih sakit. (hlm. 151)
  17. Kadang, kalau kamu terlalu rindu, tubuhmu akan tergerogoti rasa sedih yang luar biasa, lalu mati merana pelan-pelan. (hlm. 157)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar