Beberapa kalimat favorit dalam buku ini:
- Tapi bukankah cinta harus diperjuangkan? (hlm. 17)
- Fotografer hebat bisa menangkap momen dengan tepat, dalam situasi apa pun, tanpa memedulikan suasana hatinya. (hlm. 44)
- Orang bilang, rumah adalah tempat hatimu berada. (hlm. 64)
- Manusia itu sebenarnya hanya anak-anak, dengan bumi sebagai ibunya dan langit ayahnya. (hlm. 77)
- Itulah ibu. Selalu memikirkan anaknya di mana saja. (hlm. 130)
Banyak selipan sindiran halus dalam buku ini:
- Mungkin kita sama-sama jatuh cinta. Atau sama-sama terluka. Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin. (hlm. 29)
- Jangan remehkan waktu. (hlm. 31)
- Kau kau selalu memperumit sesuatu yang sederhana? (hlm. 34)
- Jangan sakiti dirimu sendiri. (hlm. 45)
- Orang dewasa banyak berpikir dan tenggelam dalam bicara, padahal mendengar jauh lebih penting. (hlm. 54)
- Kalau mau bilang sesuatu, bilang saja. (hlm. 57)
- Kamu bukan superman yang bisa menolong semua orang. Kamu manusia. Sama seperti aku. (hlm. 61)
- Perasaan di antara kita nggak segampang itu dihapus. (hlm. 67)
- Kita nggak mungkin sama-sama lagi. Kalau kamu menyimpannya, kamu
akan lebih lama lagi memelihara harapan kalau kita sama-sama lagi. (hlm.
69)
- Siapa yang butuh romantis, jika kau menemukan kepingan terakhir yang menggenapi hatimu? (hlm. 83)
- Menikah itu bukan sekedar baju pengantin. Menikah itu penyatuan dua hal yang berbeda. (hlm. 90)
- Pernikahan lebih dari sekedar sejago apa istri memasak. (hlm. 100)
- Kita memilih jalan untuk membuatnya tidak ada. (hlm. 122)
- Jangan mengejar sesuatu yang indah, karena indah itu seringkali palsu. (hlm. 125)
- Bukankah manusia sudah dirancang untuk menahan beban yang terberat sekalipun? (hlm. 128)
- Karma biasanya akan datang kepada orang yang paling kita sayangi.
Orang yang terakhir kita harapkan menderita. Karma rasanya dua kali
lebih sakit. (hlm. 151)
- Kadang, kalau kamu terlalu rindu, tubuhmu akan tergerogoti rasa sedih yang luar biasa, lalu mati merana pelan-pelan. (hlm. 157)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar