Daftar Blog Saya

Selasa, 21 November 2017

Baju Dinas Bu Cindy

Cerpen Vendo Olvalanda S (Padang Ekspres, 19 November 2017)
Baju Dinas Ibu Cindy ilustrasi Orta - Padang Ekspres.jpg
Baju Dinas Ibu Cindy ilustrasi Orta/Padang Ekspres
Suatu siang di sebuah rumah, di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, hiduplah seorang guru bernama Bu Cindy. Bu Cindy merupakan guru di sebuah SD di daerah Ampang Pulai. Setiap pagi, Bu Cindy harus naik angkutan kota agar sampai ke SD tersebut. Bu Cindy sudah mengajar selama dua puluh tahun lamanya. Namun sampai hari ini, Bu Cindy belum juga menjadi seorang pegawai negeri. Akibatnya, Bu Cindy tidak mempunyai gaji yang cukup untuk kehidupannya sehari-hari.
WALAUPUN begitu, Bu Cindy tetap berusaha menjadi guru profesional. Bu Cindy mengajari murid-muridnya sepenuh hati. Beliau mendidik setiap murid sampai benar-benar pandai. Bu Cindy mempunyai cita-cita mulia. Beliau tidak mau Indonesia menjadi negara yang tertinggal karena orang-orang Indonesia kurang pintar. Setidaknya, Bu Cindy ingin anak-anak yang ia didik menjadi anak-anak yang cerdas.
Suatu hari, Bu Cindy tidak datang ke sekolah. Tidak ada yang tahu kabar Bu Cindy. Hal tersebut terjadi berhari-hari lamanya. Sudah hampir seminggu Bu Cindy tidak mengajar. Murid-muridnya benar-benar merindukan Bu Cindy. Bahkan ada beberapa murid yang tidak mau belajar karena tidak diajari langsung oleh Bu Cindy.
”Pak Olva, Bu Cindy mana? Kok gak ngajar kami?,” tanya Sancy, salah seorang murid Bu Cindy kepada guru yang menggantikan Bu Cindy.
Sembari melepaskan senyum, Pak Olva menjawab, “Bu Cindy masih ada urusan, Nak. Insya Allah setelah urusannya selesai, Bu Cindy akan mengajar lagi.”
”Tapi kan Bu Cindy sudah lama gak masuk, Pak,” sela Uva, murid lainnya kepada Pak Olva.
Menjawab pertanyaan muridnya, Pak Olva balik mengajukan pertanyaan, “Ayooo. Masih ingat kan pesan bapak tentang sifat sabar?”
Sontak, hal tersebut membuat murid-murid serempak bereaksi.
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas,” jawab murid-murid penuh semangat menyampaikan penggalan terjemahan surat Az-Zumar ayat ke-10.
Akhirnya, sekolah dan murid-murid berinisiatif menjenguk Bu Cindy ke rumahnya. Mereka semua kaget saat menjumpai Bu Cindy tengah mengajari beberapa murid di rumahnya.
“Ibu tidak sayang kami lagi, ya? Kok ibu malah mengajari murid-murid lain?” ucap salah seorang murid kepada Bu Cindy.
“Wah, ada guru-guru dan anak-anak ibu dari Ampang Pulai ternyata! Ayo semua masuk,” sahut Bu Cindy sambil tersenyum.
“Jawab dulu pertanyaan kami, Bu!” ujar salah seorang murid lagi kepada Bu Cindy.
Tanpa menghiraukan pertanyaan dari murid-muridnya dari Ampang Pulai, Bu Cindy menunjukkan sebuah baju yang ia ambil dari kamarnya kepada murid-muridnya tersebut.
“Ini jawabannya, Nak,” ucap Bu Cindy menunjukkan baju dinasnya yang sudah usang dan robek.
Suasana tiba-tiba menjadi hening. Beberapa murid Bu Cindy dari Ampang Pulai pun menangis dan bergegas memeluk Bu Cindy. Tiba-tiba mereka serempak berujar.
“Ibuuu, maafkan kami ya, bu. Kami sudah berburuk sangka kepada Bu Cindy.”
Sembari tersenyum manis, Bu Cindy berkata, “Sudah, Sayang. Kalian tidak salah apa-apa. Bu Cindy yang salah karena tidak mengabari kalian.”
Ternyata alasan Bu Cindy seminggu ini tidak datang ke sekolah karena baju dinasnya sudah rusak. Bu Cindy tidak mau mengajar tanpa menggunakan baju dinas. Karena ia ingat sekali pernah berpesan kepada murid-muridnya agar selalu memakai baju seragam yang lengkap saat sekolah.
Tanpa melepas pelukan muridnya dari Ampang Pulai Bu Cindy berujar, “Eh, iya. Ini kenalkan, teman-teman kalian. Mereka murid-murid ibu juga sama seperti anak-anak ibu.”
Sedangkan murid yang tengah diajar Bu Cindy merupakan murid- murid yang ingin belajar tambahan dengan Bu Cindy. Dari sanalah Bu Cindy mengumpulkan uang berharap dapat membeli baju dinas baru nantinya.
Setelah mengetahui keadaan Bu Cindy yang sebenarnya. Murid-murid SD Ampang Pulai pun berpamitan.
Beberapa hari kemudian. Anak-anak SD Ampang Pulai kembali mengunjungi Bu Cindy ke rumah beliau. Agar Bu Cindy bisa kembali mengajar, siswa-siswi Bu Cindy di SD Ampang Pulai pun berinisiatif membelikan guru kesayangan mereka tersebut beberapa stel baju dinas baru.
“Bu, ini ada titipan dari sekolah untuk ibu,” ucap Kamal selaku perwakilan teman-temannya menyerahkan sebuah bingkisan kepada Bu Cindy.
“Apa ini, Nak? tanya Bu Cindy bingung.”
“Kami tidak tahu, Bu. Sudah dulu ya, bu. Kami izin pulang,” jawab Kamal pura-pura tidak tahu.
Murid-murid pun beranjak meninggalkan Bu Cindy dan baju dinas barunya. Mereka melenggang pulang dengan hati gembira. Mereka berharap dengan usaha mereka tersebut dapat membuat Bu Cindy senang.
Keesokan harinya, Bu Cindy akhirnya kembali mengajar dengan penuh semangat. Anak-anak sangat senang atas kehadiran guru kesayangan mereka itu. Mereka pun dapat belajar dengan ceria seperti sedia kala.
Setahun kemudian, pemerintah pun mengangkat Bu Cindy menjadi pegawai negeri karena prestasi dan kerja kerasnya. Juga agar Bu Cindy bisa hidup layak sebagai seorang guru profesional. (***)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar