Apa yang lebih indah dari rindu yang menuai temu?
Apa yang lebih membahagiakan dari harapan yang sejalan dengan realita?
Apa yang lebih membahagiakan dari harapan yang sejalan dengan realita?
Aku tak mengerti bagaimana cara kerja
semesta dalam memberikan sebuah kejutan. Hari ini saat asaku hampir
pudar tergerus waktu, ia datang. Seseorang yang selama ini aku
perhatikan dalam diam, yang secara diam-diam menetap di hatiku, yang
menjadi rahasia terbesarku dan yang hari ini aku rindukan, duduk di
hadapanku.
Ini adalah jarak terdekat antara aku
dengannya. Pakaiannya yang basah dan tangannya yang dingin tak mengubah
tatapan matanya yang selalu berhasil mengurungku. Akhirnya, kami
berkenalan secara resmi. Dia menyebutkan namanya dan aku menyebutkan
namaku disertai dengan jabat tangan. Ya Tuhan, terima kasih sudah
memberikan hujan hari ini.
Cukup lama, hanya suara hujan yang
menemani kesunyian kami. Aku sibuk menyembunyikan wajahku yang memerah
karena tatapannya yang menusukku tanpa ampun. Sampai akhirnya, aku
pasrah dan memberanikan diri membuka pembicaraan “Basah semua ya?”
Wajahku semakin memerah karena malu, ketika aku sadari itu adalah
pertanyaan terbodoh yang ditanyakan oleh orang yang baru bertemu
kembali.
Lalu, dia tersenyum. Ya Tuhan, aku memang
merindukan senyum itu tetapi tolong jangan sekarang. Seketika semuanya
hening bahkan aku tak mendengar apa yang dia katakan. Melihat isyaratku
yang seperti tak mendengar, ia mengulangi ucapannya sekali lagi. “Kamu
apa kabar?” masih dengan senyuman yang sama. Aku mengatur napasku
sedemikian rupa agar tak lagi terdengar bodoh “Baik-baik saja, kamu
bagaimana?” Kali ini aku sudah bisa tersenyum.
Dinginnya hujan dan pendingin ruangan tak
membuatku menggigil seperti biasanya, malam ini ada kehangatan yang
kembali aku rasakan lewat setiap kata yang diucapkannya. Perlahan,
kecanggungan di antara kami menghilang. Tawanya, senyumnya bahkan setiap
bahasa tubuhnya masih bisa aku kenali dengan baik. Semua masih sama
seperti yang telah terekam dalam ingatanku.
Hingga hujan reda, masih belum ada di
antara kami yang ingin menyudahi pertemuan ini. Malam yang semakin larut
pun tak berhasil mengusir kami dari tempat ini. Dalam hati, aku
khawatir jika setelah ini tak ada kesempatan bertemu lagi dengannya
seperti hari-hari yang lalu.
Tak banyak yang kami bicarakan, entah
karena waktu yang singkat atau hening yang berkali-kali menguasai.
Pertemuan kami diakhiri setelah sama-sama menyadari bahwa besok masih
ada tanggung jawab yang harus kami kerjakan. Kami keluar pintu restoran
bersama-sama menuju kendaraan masing-masing. Dari dalam mobil, aku masih
memperhatikan dia yang bersiap-siap pergi. Setelah menoleh dan melambai
ke arahku dia pun melajukan sepeda motornya. Aku masih tertegun,
tersenyum bahagia.
Malam ini, rinduku menuai temu.
Harapanku tak lagi angan-angan belaka.
Indahku telah menemui waktunya.
Sampai jumpa lagi, Arlan.
Harapanku tak lagi angan-angan belaka.
Indahku telah menemui waktunya.
Sampai jumpa lagi, Arlan.