
Selimut Hitam
Membalut kejiwaan terpuruk
Selimut hitam akan membawa alam keburukan
Merendam di akhiratmu
Menilam mimpi tak kunjung tenang
Berisi suara berisik
Tak kemungkinan akan tersirah apa-apa
Mengucapkan deringan senja yang memukau
Dan menggejolak di pening asa
Sia-sia menggumam siasat
Dan memejam mata memungkiri selamanya
Surabaya, 2018
Dimensi Api Politik
Kubu berdatangan
Tersemu paruh nyawa
Di tengah nasib memimpin lima tahun
Untuk mempergoyahkan asa
Serasa membara di penjuru selasar
Kemudian menggeroti misi
Membangun sejahtera
Kadang menduga
Tersentuh pilu membengkam di kubu politik
Kini terpandang bulu
Tergumam silam membahana
Rakyat menunggu
Kemudian membelenggu jantung tanah air
Bersiap bernyawa risiko
Situasi tak genting
Hanya menghitung hari
Menjadi pemimpin masa depan
Surabaya, 2018
Sajak Pujangga untuk Asmat
Saat ini Asmat telah kelaparan
Semenjak lama terpuruk gizi
Salah satu wilayah cukup terparah
Betapa kasihan menderita campak berujung maut
Kelaparan hampir melanda dimana-mana
Tepian merendahnya ekonomi
Sajak pujangga untuk Asmat
Sengaja ku lukisan sebuah hidup sederhana
Jangan menganggap sajak sepenggal batasan
Hanya disirna ke penjuru nusantara
Selamatkan Asmat dari penyakit
Beserta kelaparan yang menimpanya
Surabaya, 2018
Diorama Palestina
Jelajahi bumi tak kunjung damai
Diorama di antara persaudaraan begitu rapuh
Runtuhan merujuk penyiksaan
Serasa mengundang kesedihan amat dalam
Membengkam di ujung kalbu
Memilu pada kekuasaan
Serasa ingin menduduki kembali
Dengan cara mengembalikan hak
Dipaksa untuk bergoyah di tanah Yerussalem
Surabaya, 2018
Selamat Jalan Ustadz Hilman
Tahun ini kehilangan pendakwah setia
Selalu membara pesan di penjuru umat
Apa jadinya telah kehilangan sisimu
Mengusap kenangan tak kunjung hampa
Membengkam di suluh pendam
Kemudian memancarkan air mata
Serasa mengimbang di kota santri
Tanpa sekata apapun
Membedah suluh dialirkan pancaran kalbu
Mungkin meninggalkan tetesan
Temui di surga nanti
Akan selamatkan hidup tanpa henti
Sampai jumpa pendakwah agung
Memilu senja di tengah kalam
Jangan meninggalkan umat
Tetapi mencintaimu penuh seutuhnya
Surabaya, 2018
Kedzoliman Preman di Ujung Malam
Masih saja berkelana pada kota pahlawan
Menyembara hati digusur emosi
Di antara kedzoliman yang dirasuk oleh Preman
Mengintip kemesuman
Telembuk porna mencuci moral
Malam sangat dangkal
Tiada daya memilah taubat
Setiap saat mati akan menjemput sakaratul maut
Surabaya, 2018
Memprotes Kembalikan Sawah Kami
Mengembalikan lahan
Membangun tol tanpa izin pengembang
Rakyat telah mengamuk
Memasang kalimat sedikit menyindir pengembang bangunan
Semuanya tanpa terkecuali
Memprotes kembalinya sawah
Tetapi menolak dan dilanjutkan proyek
Jika dibiarkan akan dilapor ke lembaga pimpinan daerah
Atas insiden yang menerjangi seenaknya sendiri
Tiada jawaban lain selain menyelaraskan peradaban
Satu kalimat tak bisa terlupakan
Jangan sekali merebut tanah hak milik tanpa izin
Jika dibiarkan akan kehilangan pekerjaan
Dan menendang wajah pembangun jika terpaksa
mempertaruhkan nasibmu
Surabaya, 2018
Menikmati Fajar Subuh
Saksikan dirimu di fajar subuh
Serasa tubuh meruyup sujud
Betapa menghinggap di udara
Kembalilah pada purnama yang telah lewat
Terkobar pada air mata
Menakjubkan sayap
Sementara menerbitkan fajar
Tunaikan keakraban di waktu syuruq
Mengembara pagi sungguh segar
Selamat mencicipi fajar subuh
Serta selamat menikmati pagi yang bahagia
Surabaya, 2018
Bersebrangan Lautan Malam
Menatap sebrang jauh di tepi lautan
Sunyi pada pantai begitu sepi
Menggelorakan selaras keajaiban
Melalui sebuah kejutan yang tak pernah ada
Terpendam selembut hangatnya kopi
Mendiami malam begitu indah
Belum terlepas melekat oleh perempuan belia
Tak terpenggal sebuah kalimat
Yang belum dituliskan
Sepulang di pantai sendirian
Akan terasa membawa keajaiban
Melalui sebuah sajak untukmu serta melembutkan
kehangatan hatimu
Surabaya, 2018
Belajar di Malam
Anak tak sempat belajar di malam hening
Malah bermain sana sini
Belajar menetes teori
Tetapi meresap pengetahuan
Endap menggelapkan asa
Serasa esok lebih cemerlang
Hanya dua jam telah merampung kata-kata
Siapkan di pagi gemilang
Surabaya, 2018
M Ivan Aulia Rokhman,
Mahasiswa Universitas Dr. Soetomo Surabaya. Lahir di Jember, 21 April
1996. Karyanya dimuat di koran lokal dan nasional. Beberapa puisinya
juga dimuat dalam antologi Bukan Kita (2017), My Teacher (2017), Syair dalam Nada (2017). Bergiat di FLP Surabaya, dan UKKI Unitomo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar