Beberapa kalimat favorit dalam buku ini:
- Yang membebani kita bukanlah ketidakhadiran mereka yang sudah tiada, melainkan kata-kata yang tak terucap di antara kita dan mereka. (hlm. 12)
- Mimpi adalah cara menyusun strategi untuk kelangsungan hidup. (hlm. 19)
- Kau perlu mempersenjatai dirimu dengan semua kebajikan, jika ingin menempuhnya hingga akhir. (hlm. 58)
- Lakukan jika kau punya kesempatan. Lupakan segala prasangkamu dan amati saja. (hlm. 75)
- Takdir punya lebih banyak imajinasi daripada kita: tepat ketika kau merasa tidak ada jalan keluar dari situasi tertentu, ketika kau tealh mencapai dasar keputusanmu, secepat embusan angin segalanya akan berubah. (hlm. 161)
- Pemahaman berasal dari kerendahan hati, bukan dari keangkuhan pengetahuan. (hlm. 211)
- Jika kehidupan adalah perjalanan, maka perjalanan itu menanjak sepanjang waktu. (hlm. 214)
- Satu-satunya guru, satu-satunya guru yang sejati dan bisa dipercaya, adalah hati nurani. (hlm. 215)
- Di bawah pohon ek, jadilah pohon ek, alih-alih dirimu; di dalam hutan, jadilah hutan; di atas rumput, jadilah rumput; diantara orang-orang, jadilah seseorang. (hlm. 224)
- Diamlah dan dengarkan kata hatimu dalam keheningan. Ketika hati sudah bicara, bangkitlah dan ikuti. (hlm. 245)
- Ketika penyakit menyerang seseorang yang belum pernah tahu bagaimana rasanya jatuh sakit, maka penyakit itu akan menyerang dengan sangat keji dan mendadak. (hlm. 6)
- Selama tubuh kita berfungsi dengan baik, kita tidak menyadari betapa tubuh bisa menjadi musuh mengerikan. Namun, jika meruntuhkan pertahanan sedetik saja, kita akan kalah. (hlm. 9)
- Jika hendak meningkatkan dan memperluas lingkungan, kau harus meninggalkan lingkungan mencekik tempatmu dibesarkan. (hlm. 23)
- Belum tahukah bahwa seleksi alam adalah prinsip yang mengatur dunia? (hlm. 24)
- Adakah cara membebaskan diri dari takdir yang didiktekan oleh lingkungan masa kecil atau diwariskan? (hlm. 41)
- Penampilan adalah segalanya; semua hal lain tidak menarik. (hlm. 45)
- Ketidakbahagiaan biasanya diwariskan lewat garis keturunan pihak perempuan. (hlm. 51)
- Kita terbiasa menganggap masa kecil sebagai periode kebutaan, ketidaklengkapan, alih-alih sebagai masa kekayaan besar. (hlm. 75)
- Jangan menganggap menyingkirkan kepribadian dan menerima karakter palsu itu mudah. (hlm. 83)
- Karakter dan kepribadian, bertentangan dengan apa yang mungkin kau yakini, bukanlah hal yang sama, bahwa sesungguhnya yang satu mengecualikan yang lain dalam banyak kasus. (hlm. 83)
- Pemberontakan bukanlah bagian dari pembawaan. (hlm. 155)
- Ketika kau tidak sedang jatuh cinta kepada siapa pun, ketika hatimu sedang bebas dan matamu tidak mencari mata orang lain, maka dari semua lelaki yang mungkin kau anggap menarik, tak seorang pun tertarik kepadamu. (hlm. 182)
- Begitu kau direbut oleh seseorang dan orang lain tidak berarti sedikit pun bagimu, kaum lelaki mulai mengejarmu, membisikkan kata-kata manis kosong dan merayumu. (hlm. 182)
- Seseorang tidak melakukan apa-apa. Iman itu datang. Kau sudah memilikinya, tetapi keangkuhan mencegahmu untuk mengakuinya. (hlm. 223)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar