Daftar Blog Saya

Selasa, 16 Januari 2018

Tiang Kejujuran

Oleh Ahmad Zul Hilmi (Padang Ekspres, 14 Januari 2018)
Tiang Kejujuran ilustrasi Padang Ekspres.jpg
Tiang Kejujuran ilustrasi Padang Ekspres
Kejujuran ialah mata uang yang berguna di mana saja. Setiap kejujuran akan menemui kelicikan, dan setiap kelicikan tak selamanya baik.
BAWANG Merah selalu melakukan segala cara untuk membuat agar Bawang Putih sengsara. Tetapi setiap cara yang dilakukan Bawang Merah tidak pernah berhasil. Karena sifat jujur Bawang Putih, membuat semua orang kepadanya. Cara apa pun sudah dilakukan Bawang Merah dan juga tak pernah berhasil. Sampai pada suatu malam di pesta seribu cahaya. Bawang Merah lagi-lagi melakukan kelicikan kepada Bawang Putih. Malang tak dapat diduga. Bawang Merah ketahuan melakukan kelicikan. Sontak membuat pengeran sangat marah kepada ratu kejahatan itu. Semenjak kejadian itu, pangeran tak menghiraukan lagi yang dilakukan Bawang Merah.
Kejadian itu telah berlalu. Bukan hanya pangeran yang benci kepada Bawang Merah tetapi semua penduduk desa suka jujur membencinya. Bawang Merah merasakan di dalam penjara kesepian. Tak ada yang menghiraukan keberadaan ratu kejahatan itu.
Setelah beberapa hari kemudian pangeran Ahmad melamar Bawang Putih. Yang di saksikan semua penduduk desa. Diluar dugaan Bawang Putih menolak lamaran dari pangeran. Pangeran terdiam mendengar jawaban Bawang Putih. “Kenapa Bawang Putih bisa menolak dirinya,” pikir pangeran. Pangeran menyuruh ajudannya mencari tahu, mengapa Bawang Putih menolaknnya.
Tak cukup satu jam dibutuhkan oleh ajudan. Pangeran mengetahui jawaban dibalik penolakan lamaran pangeran. Ternyata Bawang Merah juga mencintai pangeran. Bawang Putih tak ingin menyakiti perasaan kakaknya itu.
***
Seminggu berlalu. Pangeran sudah berpikir matang-matang. Pangeran menyuruh ajudannya mengundang warga untuk datang pada pesta kesempatan kedua. Semua warga diharapkan untuk bisa datang. Pangeran juga menyuruh ajudan untuk mengundang Bawang Merah dan Bawang Putih.
Semua penduduk telah berkumpul. Ruangan sangat megah. Karena pangeran menamakannya pesta kesempatan kedua. Pada pesta malam itu, pangeran sengaja menyediakan sebuah meja khusus. Meja berbentuk lingkaran yang di atasnya ada banyak lilin, bunga dan tentunya makanan. Di meja lain ada banyak kursi, tetapi di meja yang khusus di siapkan pangeran hanya ada tiga kursi.
Acara berlangsung secara meriah. Sampai di pertengahan acara, pangeran memanggil Bawah Merah. Semua orang terkejut, kenapa bawang merah yang di panggil, bukankah Bawang Merah jahat dan pangeran benci padanya.
Semua penduduk terheran. Bawang Merah menuju tempat duduk yang semua di sediakan khusus oleh pangeran terheran. Bawang Merah dan pangeran mengobrol dan tidak ada yang mengetahui apa yang mereka bicarakan. Setelah berbicara dengan pangeran, tiba-tiba Bawang Merah menghampiri Bawang Putih. Dan mengajak untuk duduk bersama pangeran.
Singkat cerita ternyata pangeran meminta izin kepada Bawang Merah, dan Bawang Merah menyetujuinya. Bawang Merah rela jika Bawang Putih jodoh pangeran. Akhirnya Bawang Putih dan pangeran hidup bahagia selamanya, Tamat.
“Lanjutkan lagi, Tuk, ceritanya,” ucap Gonzales.
“Mau cerita apa lagi?” tanya Atuk Icang.
Atuk Icang memang memiliki banyak cerita yang didapatkan dari membaca buku dan ada juga yang di karangnya sendiri.
“Tiang Kehancuran,” ucap Gonzales.
Baiklah Atuk akan cerita, tentang “Tiang kejujuran”.
Dimulai ketika di saat Atuk masih berusia enam tahun. Sebuah desa belum memiliki nama. Dan orang-orang kesulitan untuk mencari alamat karena memang tidak ada nama. “Terus apa lagi Tuk,” tanya Gonzales.
Warga-warga akhirnya di wajibkan untuk berkumpul di balai desa untuk berkumpul sembari silaturahmi. Saat di balai desa warga-warga berdebat untuk mencari nama yang bagus untuk desa tersebut. Ada yang memberi usulan namanya Lionel Messi, karena di desa ini Lionel Messi yang paling dituakan. Tidak bisa kalau memang yang di tuakan banyak yang lain, Andreas Iniesta, Carles Puyol, Xavi hernandes, dan Sergio Busquest juga di tuakan di kampung ini.
Setelah perdebatan yang sangat lama. Bapak kepala desa mengambil keputusan. Jam sudah menunjukan pukul dua belas siang. “Kita sudahi dulu dan segera istirahat, Sholat dan makan. Setelah itu kita pergi berkeliling kampung. Siapa tahu kita bisa menemukan nama yang pas untuk desa ini. Nama sangat penting, agar bisa kita laporkan dan agar orang mudah mencarinya,” ujar kepala desa.
Sembari di perjalanan, orang-orang bercerita tentang seorang pejabat tinggi yang diduga melakukan penggelapan uang. Sembari mereka bercerita, Tuk Icang menyanggah. “Hus sudahlah, jangan itu yang kalian bicarakan,” mereka terdiam. Tetapi tidak beberapa lama dari itu kembali mereka bercerita.
“Ternyata pejabat itu melalukan segala cara agar tidak di proses lebih lanjut,” sebut mereka.
Asik bersenda gurau ternyata ada motor dari kejauhan yang ugal-ugalan.
Setelah beberapa lama dari itu, tiba-tiba yang membawa motor tadi menabrak tiang listrik. Yang membuat orang di sekitar jadi penasaran, motor yang menabrak tidak mengalami kerusakan. Sementara tiang listriknya patah. Orang-orang sekitar terheran kenapa yang mengendarai motor tidak apa-apa, tetapi yang di belakangnya mengalami pendarahan di kepala.
Segera yang mengendari itu berkata. “Jangan tolong saya, saya tidak apa-apa, saya harus membawa teman saya,” sebut pengendara.
“Mari kami tolong,” ucap warga.
“Tidak usah, saya harus pergi,” balas pengendara. Benjolan di kepalanya sudah seperti bakpaw yang berisikan stroberi.
Semenjak kejadian itulah, desa ini di berikan nama Desa Tiang Kejujuran
“Ooo begitu ya Tuk,” jawab Gonzales.
“Jadi intinya, jangan melakukan kejahatan, dan jangan melakukan segala cara untuk menghilangkan bukti dari kejahatan tersebut,” nasehat tuk Icang.
“Iya, Tuk, Gonzales berjanji janji orang jujur yang tidak menghabiskan uang rakyat dan selalu menjadi orang yang berguna,” ucap Gonzales semangat. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar