
Payudara Ibu
: Shangguan LuSebelum menetes susu pada mulut yang
selalu menganga minta dijejali
Langit mula-mula begitu biru
Matahari memantul pada kilauan keringat
Di payudaramu yang selalu kau puja
Dan amini sendiri
Sebagai lembah bergulma yang minta disiangi
Kini kamu tutup seluruh jendela
Kamu tutup dari seluruh udara dan gerakan angin
Kamu tutup hingga membentuk ruang baru yang pengap
Yang bebas dimasuki dan dipuja,
Dikulum hisapi anak-anakmu
Selalu siap seperti guci yang menuang air ke dalam kendi-kendi
Setelah menetes susu pada mulut yang selalu minta dijejali
Aroma sate di panggangan atau sup lobak yang baru matang
Tak memanggil-manggil perut anakmu untuk diisi
Tapi memandang dadamu,
Manis kurma merekah
Lebih dari candu
2017
Jonker Walk
Seorang pemuda menutup pintu toko sebagian
Para wisatawan genit berjalan mengalungkan kamera di lehernya
Di foto,
Abadikan kesedihan si pemuda
Merenungi nasib yang entah apa namanya
Memandangi tembok yang tergantung jalinan bilahan bambu
Bergambar ornamen cina tua
Yang letaknya masih sama
Sejak ingatan pertama masih menempel di kepalanya
Kesedihan bangkit padanya bagai hantu dan dewa-dewa
Di luar jendela,
Toko dan motel melata bagai ekor si naga
Tak ditemukan lagi jejak kaki kecilnya
Atau gantungan karakter fu yang ditulis pada
kertas merah masa kanak
dan remang cahaya lampion
bagai ngilu masa lalu yang begitu samar
maka,
di setiap hari yang selalu ribut di luaran
dunia begitu sunyi baginya
2017
Mutia Sukma lahir di Yogyakarta, 12 Mei 1988. Buku puisinya, Pertanyaan-pertanyaan tentang Dunia, masuk lima besar penghargaan Kusala Sastra Kathulistiwa 2017 kategori Buku Pertama dan Kedua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar