Daftar Blog Saya

Minggu, 17 September 2017

Bertaruh pada Takdir

Aku mencintai hujan, sekalipun petirnya yang menggelegar membuat tuli telinga. Aku mencintai hujan sekalipun kilatnya menyambar dengan kejam.  Aku menyukai aroma hujan ketika tetes-tetes pertamanya menyentuh bumi. Ketika pengapnya mulai memenjara hari. Aku suka suara hujan ketika ia bersenandung genit lewat rintiknya maupun saat ia berteriak riang lewat derasnya.
Aku menyukai berbasahan di tengah di hujan, tanpa payung, tanpa jas hujan. Menari-nari mengikuti irama rintiknya. Menyenandungkan perasaan hati di tengah gemuruhnya. Aku tak peduli dengan orang yang mungkin tertawa dan menganggapku gila. Aku tidak peduli seberapa basahnya aku. Aku tidak peduli dengan sakit yang mungkin menyerangku.
Aku selalu merindu apabila hujan tak datang lebih dari sepekan. Aku selalu mencari keberadaannya agar bisa berjumpa dan bermain bersamanya. Namun, adakalanya aku pun kesal tatkala ia terlalu sering berkunjung. Sesekali, aku butuh sunyi tanpa deraiannya. Aku butuh merasakan kesendirianku.
Aku mencintai hujan dan aku tahu hujan pun mencintaiku. Rintiknya selalu membuatku tenang, derainya mampu membuatku bahagia. Meski kadang petirnya menakutkan. Meski kadang derasnya menyisakan sakit untukku. Hujan tidak pernah ingkar janji, hanya saja kadang ia terlambat datang. Apapun adanya aku tetap mencintainya. Apa adanya, hujan.
Namun, dapatkah aku mencintaimu seperti aku mencintai hujan?

Aku pergi, kutinggalkan tempat ini, tempatku pertama kali menggoreskan tinta mimpi.
Aku pergi, kubawa beribu lembaran kisah dari sini.
Aku pergi meninggalkanmu, seperti hujan meninggalkan bumi.
Aku pergi, menyisakan ruang bagi yang ingin menepi.
Aku akan kembali, seperti hujan setelah merindukan bumi.
Aku akan kembali bersama iringan angin sepi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar