Beberapa kalimat favorit dalam buku ini:
- Ikutin perasaan lo, kalo lo ngerasa khawatir, ya pulang. (hlm. 72)
- Tidak ada salahnya dicoba. (hlm. 120)
- Cinta memang perlu diperjuangkan. Kalau memang itu adalah cinta. (hlm. 174)
- Kita nggak pernah tahu itu apa sampai kita ketemu orang yang tepat untuk memberi tahu kita apa itu cinta. (hlm. 174)
- Jangan ngaku jatuh cinta kalau nggak mau terdengar bodoh. (hlm. 189)
Beberapa selipan sindiran halus dalam buku ini:
- Ketika seorang perempuan jatuh cinta, ia akan menjadi pemaaf. Bukan begitu? (hlm. 39)
- Kalau pertanyaan ‘kapan kawin’ emang pertanyaan standar, cuekin aja. Nggak usah dipikir. (hlm. 66)
- Reuni keluarga itu nggak baik untuk kesehatan mental bagi para lajang. (hlm. 83)
- Perempuan, kalian sekolah tinggi hanya untuk menjadi istri seseorang. (hlm. 108)
- Nggak ada orang yang bisa mencintai apa adanya. (hlm. 109)
- Dasar laki-laki. Kalian adalah buaya darat berbulu domba. (hlm. 114)
- Ada kode etik di antara sahabat untuk tidak saling jatuh cinta. (hlm. 116)
- Nggak ada gunanya terlihat berbakat tapi jomblo. (hlm. 120)
- Patah hati adalah hal biasa. Karma buruk baru luar biasa. (hlm. 125)
- Pacaran dengan sahabat adalah hal yang mungkin. Tapi, bersahabat dengan mantan pacar, itu baru tantangannya. (hlm. 133)
- Pria memang brengsek, itu karena mereka kurang pintar untuk melakukan hal yang benar. (hlm. 137)
- Cinta memang membuat orang menjadi bodoh. (hlm. 148)
- Lebih baik patah hati daripada menikah dengan pria yang salah. (hlm. 149)
- Nggak semua laki-laki suka dengan perempuan yang hanya memiliki sedikit lemak. (hlm. 169)
- Urusan cinta memang tidak terlepas dari gengsi. (hlm. 211)
- Cinta bukan ilusi. Cinta hanya membutuhkan orang yang tepat. (hlm. 236)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar