Banyak kalimat favorit dalam buku ini:
- Saat kita tahu kelemahan kita dan ingin mengubahnya, jalan itu pasti ada. (hlm. 36)
- Sad ending atau happy ending itu bergantung bagaimana orang yang diberi masalah memandangnya. (hlm. 46)
- Betapa menyenangkannya punya seseorang yang bangga kepada diri kita seperti itu, seperti punya lentera yang selalu siap menerangi hati kita. (hlm. 55)
- Tuhan itu adil. Selalu ada alasan kenapa Dia ngasih hidup yang kayak gini ke kita dan pada akhirnya semu itu berbuah kebaikan kalau kita memikirkan sisi positifnya. (hlm. 106)
- Masa lalu boleh dijadikan pelajaran, bukan tempat untuk tinggal dan diam di sana. (hlm. 107)
- Patah hati cuma bisa disembuhin kalau nemu pacar baru. (hlm. 141)
- Ini masalah hati. Kalau lo suka, lo harus kasih tahu. (hlm. 155)
- Menyukai seseorang itu bukan saja membuat memahami rasa senang juga sedih, tapi membuat belajar mengenai sebuah pengorbanan. (hlm. 159)
- Kadang dalam hidup, ada waktunya kita harus lebih mulia kalau kita mampu memaafkan. (hlm. 201)
- Nggak ada yang kebetulan di dunia ini. (hlm. 20)
- Kenapa lo marah-marah. Biasa aja kali. (hlm. 39)
- Nggak ada yang salah seandainya lo nggak nutup semua kemungkinan dengan cowok-cowok yang mau deketin lo, kesempatan-kesempatan buat nggak mati kayak lo. (hlm. 39)
- Gaya mirip, kan, bukan berarti kesukaan sama. (hlm. 49)
- Kita tidak boleh terlalu menginginkan sesuatu. (hlm. 62)
- Baru pacaran saja elo udah begini, lo mengharapkan apa nantinya? (hlm. 64)
- Jangan menilai orang lain dari luarnya saja. Kamu mana tahu apa yang pernah orang lain pikirkan , jadi jangan asal menjudge. (hlm. 96)
- Nggak semua orang siap jadi dewasa. Tapi, kadang kondisi yang memaksakan kita harus siap jadi dewasa. (hlm. 106)
- Ketika menyukai seseorang, hal-hal tidak normal sekalipun bisa menjadi sumber kebahagiaan. (hlm. 131)
- Terkadang, manusia terlalu berharap untuk sesuatu yang berlebihan. (hlm. 136)
- Jika rasa suka ini membuat lemah, lalu bagaimana caranya agar kuat? (hlm. 152)
- Orang yang ngga move on itu menyedihkan. Tapi ada yang lebih menyedihkan, yaitu orang yang nggak menyatakan perasaannya cuma karena rasa takut dalam diri sendiri. (hlm. 155)
- Memangnya lo nggak punya teman yang bisa diajak bercanda ya? (hlm. 191)
- Cinta itu datang tanpa diminta, sakit ini menghampiri tanpa dipesan, tapi mengapa kini cinta ini menjadi sakit yang tak mampu kita luahkan? (hlm. 210)
- Aku udah berhenti nanya kepada Tuhan pakai kata ‘mengapa’. Aku nggak mau nanya sesuatu yang nggak bisa aku temuin jawabannya hari ini. (hlm. 211)
- Nggak ada yang siap dengan kehilangan seseorang dalam hidupnya, tapi bukan berarti harus terus-terusan terpuruk dan bersedih, kan? (hlm. 236)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar