Daftar Blog Saya

Senin, 17 April 2017

DINDING KESETIAAN ( cerpen majalah anita cemerlang )

Kesetiaan?

Lina Mengekeh. Anisa mencibir.

“Aku gak percaya!” pekik Anisa.

“Palsu! Nggak ada itu!”sambung Lina Sinis.

Karin cuma menggeleng mendengar ucapan dua sahabatnya di tempat kos itu. Nggak heran kalau Anisa dan Lina nggak percaya lagi akan kesetiaan seorang cowok. Cowok nggak bisa dipercaya! Sejak putus dari Andi, Lina nggak percaya kalau ada cowok yang akan menjaga kesetiaan cintanya. Setelah setahun lebih pacaran, Andi berlalu begitu saja hanya karena seorang Sarah yang lebih cantik darinya. Sementara Anisa, cinta pertamanya kandas begitu saja. Sama dengan Andi, Roni pun nyeleweng. Anisa nggak peduli lagi akan kesetiaan.Kesetiaan yang pernah dia miliki untuk Roni, telah dihancurkan cowok itu. Anisa bahkan menyalahgunakan kesetiaan setiap cowok yang coba tulus mencintainya. Balas dendam! Begitu yang Anisa ucapkan setiap kali Karin protes. Setelah Anisa menyakiti hati seorang cowok yang mencintai Anisa.

Tapi tidak Karin. Gadis itu tak sedikitpun terpengaruh. Karin sangat mengangungkan kesetiaan. Dia percaya, kalau kesetiaan yang dia miliki untuk Anang, akan dibalas dengan kesetiaan yang sama dari cowok terkasih itu. Karin yakin akan kesungguhan cinta Anang padanya. Dan Karin tetap mempercayai bahwa Anang akan selalu menjaga kepercayaan dan kesetiaan yang dia berikan untuk Anang.

“Cinta banget sama Anang ya, Rin?”

Kain tersenyum kecil. Tak dijawabnya. Anisa pasti menemukan kerjap itu di matanya.

“Nggak kepengen cari yang lain?” kejar Lina.

Karin membentuk keningnya hingga berlapis tiga. Sejurus kemudian dia menggeleng mantap.

“Wahyu ganteng loh, Rin.”rayu Anisa.

Karin tersenyum.

“Didi juga,”timpal Anisa.

“Kalian ini,”sungut Karin manja. Bibirnya masih menyunggingkan senyum. Di matanya bermain sosok Wahyu dan Didi. Dua cowok yang pernah coba mengusik hubungan Karin dengan Anang. Tapi dengan kesetiaan yang dimilikinya untuk Anang, Karin mampu membuat Wahyu dan Didi mundur teratur – tanpa Karin menyakiti kedua cowok itu. Dan mereka nggak pernah Karin lagi.

“Yakin Anang juga setia?”usik Anisa.

Karin mengangguk mantap.

“Pernah kepikir Anang nyeleweng?”

“Dia nggak akan melakukannya,” bantah Karin cepat.

“Terlalu yakin!”

“Dua tahun lebih menjadi kekasihnya, telah cukup mengukur kesetiaannya padaku.”

“Dua tahun nggak bisa dijadikan ukuran kesetiaan, Rin,”sangkal Lina.

Karin diam. Boleh jadi apa yang Lina ucapkan, tapi aku percaya kesungguhan Anang, bantah Karin dalam hati.

“Pikiran orang suatu saat bisa berubah.”

“Itu lain soal. Kita bicara soal kesetiaan,” bantah Karin lagi.

“Justru kesetiaan tidak bisa dipisahkan dari pikiran.”

Karin menggeleng. “Kesetiaan lebih mendekati sifat seseorang,”bantah Karin lagi. “Seorang cowok yang punya sifat bosanan. Itu jelas. Dia tak memiliki kesetiaan sama sekali. Bila kita kaitkan dengan pikiran. Mungkin cowok itu punya pertimbangan-pertimbangan tersendiri yang menyebabkan dia nggak mungkin meneruskan hubungan dengan kekasihnya. Jadi bukan berarti cowok itu nggak setia. Tapi memang jalan itulah yang terbaik menurut pikiran mereka.”

 Ganti Lina dan Anisa yang terdiam. Mereka Cuma bisa menggeleng. Berdebat dengan Karin? Susah! Gadis itu terlalu pintar untuk dibalas ucapannya. Dia akan selalu memiliki sanggahan yang membuat mereka kalah dengan ucapan sendiri. Kik balik!

“Nyerah deh!”ucap Anisa pelan.

Karin mencibir lucu.

“Sori ya, Rin. Bukannya kami mau mencemooh kesetiaan yang kamu miliki.  Kami cuma mengingatkan. Jangan sampai kamu kecewa dan menderita nantinya,”Lina melanjutkan.

“Karena kami pernah mengalaminya,” suara Anisa lirih.

Karin hanya termangu.

“Cinta dan kesetiaan kami dikhianati. Padahal kami telah menjaganya,”lanjut Lina.

“Sakit, Rin!”

“Rasanya dunia nggak indah lagi.”

“Yang tersisa Cuma penyesalan.”

“Mau marah tapi nggak akan membuat dia kembali.”

“Cewek bisanya cuma nangis.”

“Itu pun nggak cukup untuk menyesali semuanya.”

“Ngurung diri juga nggak ada gunanya. Waktu terus berjalan. Kita masih harus menjalani kehidupan. Seburuk apapun. Kita nggak bisa nutup untuk suatu kemungkinan.”

“Nggak salah dong kalau aku balas dendan.”

Karin Cuma diam. Mendengarkan Anisa dan Lina yang saling timpal menimpal kalimat. Bagai menampung kegundahan mereka. Gejolak sakit hati yang tersimpan di hati seakan terkuak dan menganga kembali. Karin menyadari, bagaimanapun pengalaman mereka sedikit berguna baginya. Dan Karin yakin Anisa dan Lina tak bermaksud menghina dan menyindir Anang. Mereka mengucapkan semua itu karena mereka sayang padanya.

“Rin, seandainya Anang nyeleweng, sikap kamu gimana?” Lina bertanya hati-hati.

Karin melotot mendengar pertanyaan dadakan itu. Demi Tuhan, dia mau hal yang menakutkan itu tak terjadi padanya. Dia berharap Anang tak pernah melakukannya. Karin cuma bisa berdoa semoga Anang mampu menjaga kesetiaan untuk dirinya. Seperti yang Karin lakukan untuk Anang.

Ho, Anang cinta pertama Karin. Orang bilang cinta pertama sangat sulit terlupakan. Dan Karin amat sangat mengasihi Anang. Dia nggak tahu harus berbuat apa jika Anang meninggalkannya. Jika Anang mengkhianati cintanya. Karin tak tahu akan bagaimana. Mungkin dia akan kecewa dan patah hati sekali, lalu menutup diri untuk cinta yang lain, karena seluruh kasihnya telah dibawa pergi Anang dalam kehancuran. Atau Karin akan melakukan hal yang sama seperti Anisa. Balas dendam!

 ***

“Nunggu Anang, Rin?”

Karin menoleh, Anisa sudah ada di sampingnya. Karin menggeleng. Dirapikannya buku-buku yang masih tergeletak di atas meja.

“Tumben. Biasanya dijemput.”

“Siang ini banyak tugas yang harus Anang selesaikan. Sebagai kekasih yang baik, aku nggak mau mengganggu.”

Anisa mencibir.

“Lagian kan, aku masih bisa nebeng kamu,” lanjut Karin.

“Maunya.”

Karin tertawa. Anisa ikut tertawa.

“Mampir di Slipi dulu ya, Rin,”ujar Anisa setelah mereka telah berada di dalam mobil.

“Ngapain?”

“Aku mau mencari boneka untuk Dede. Dia nagih terus.”

“Makanya, anak kecil jangan suka dijanjiin.”

“Nggak apa. Sekali-kali sama ponakan,”Anisa membela.

Karin menurut saja. Untung dia nggak punya banyak tugas hari ini. Kalau ada, dia pasti menolak dengan cepat. Dan memaksa Anisa untuk mengantarnya pulang duluan.”

Setelah capek muter-muter cari boneka yang cocok untuk Dede, Anisa mengajaknya ke Resto. Karin nurut. Anisa paling nggak tahan haus. Karin terkejut bukan main di bawah escalator. Matanya menatap tak percaya pada pemandangan yang tergelar.

Di depan sana, sosok yang amat dikenalnya sedang menggandeng mesra seorang gadis manis. Anang?! Karin berusaha menggeleng. Dia berharap matanya salah melihat. Dia menginginkan saat ini dia sedang bermimpi buruk. Tapi tidak, wajah yang sedang dipandangnya tetap milik Anang. Tangan Anang yang sedang menggantung di pundk gadis di sisinya, merangkul dengan mesra. Sementara tangan si gadis melingkar manja di pinggang Anang. Mereka bergandengan menuju escalator hendak turun. Tepat di mana Karin dan Anisa berdiri.

Karin masih terpaku di tempatnya. Kakinya seakan bergetar dan tak mampu digerakkan. Tangannya mencengkal erat lengan Anisa. Hatinya berkecamuk kacau tak karuan. Matanya panas menemui pemandangan yang bagai mimpi buruk itu.

Sampai akhirnya Anang dan gadis yang sedang dirangkulnya hanya tinggal beberapa undakan lagi di atasnya, Karin baru tersadar. Sepasang mata terkejut milik Anang menyadarkan Karin kalau dia tidak sedang bermimpi.

Karin tak kuasa berlama-lama di tempat itu. Tangannya cepat menarik lengan Anisa dan mengajak gadis itu berlalu dari sana. Anisa yang masih tergugu dan sama kagetnya dengan Karin, tak mampu berbuat banyak selain menuruti keinginan Karin.

Samar Karin mendengar Anang meneriakkan namanya. Lalu disusul suara seorang gadis yang berteriak memanggil Anang. Tapi Karin tak peduli. Hatinya terasa perih menyaksikan pemandangan tadi. Bagai tersayat-sayat. Karin mengajak langkahnya dan Anisa berlari secepat mungkin menuju pelataran parker.

Di dalam mobil, tangis Karin tumpah. Masih didengarnya secara samar teriakan Anang diantara bunyi mesin mobil yang menjauh. Anisa trenyuh. Untuk pertama kalinya, dia melihat Karin yang tegar dan selalu ceria menangis. Anisa menggeram kesal. Berkali-kali dia mengutuki perbuatan Anang yang telah menyakiti Karin. Sebagai sahabat, Anisa dapat merasakan betapa perih dan kecewanya Karin saat ini.

**

Hari-hari Karin selanjutnya adalah kesendirian. Nama dan sosok Anang susah payah dia hilangkan dalam kehidupannya. Sepihak memang. Karena dia tak pernah membiarkan Anang menemuinya. Karin tak ingn mendengar alasan dan pembelaan Anang atas perbuatan yang dilakukannya. Karin juga tak mau mendengar permintaan maaf dari cowok itu. Ya, Karin benar-benar tak memberi kesempatan untuk Anang.

Semua yang pernah Anisa dan Lina ucapkan padanya bagai menjadi nyata. Menghantap keyakinannya akan kesetiaan. Untuk beberapa waktu Karin terbungkus dalam kepedihan. Setelah berkubang dalam  penyesalan dan tangis, Karin sadar semua hanyalah suatu ketololan. Bagaimanapun rapuh hatinya kini, dia tak ingin menelantarkan sekolahnya. Dia tak mau semua itu menjadikan dia terlupa akan cita-cita dan harapannya. Karin harus bangkit. Dia harus bisa bangun dari mimpi buruk itu. Beruntung kedua sahabatnya selalu siap menghibur Karin. Dan tak pernah membiarkan Karin melamun, juga termenung sendirian.

Baik di rumah maupun di kampus, Karin tak mengijinkan Anang mendekatinya. Sedapat mungkin dia menghindari pertemuan dengan Anang. Karin sungguh ingin melupakan Anang sendirian. Sakit di hatinya masih tak menerima perlakuan Anang.

Apa kurangnya Karin. Segenap perhatian dan kasih sayang dia curahkan untuk Anang. Tanpa berkeinginan mengganti posisi Anang dengan cowok lain. Padahal hal seperti itu mudah saja dia lakukan. Tapi Karin terlalu mencintai Anang. Dan untuk menjaga Anang tetap di sisinya, hany satu yang Karin yakini; kesetiaan!

Karin menunduk. Dicobanya menelusuri kenangan.  indah bersama Anang. Segala perhatian Anang yang membuat Karin tak ingin berpaling. Perlakuan-perlakuan manis Anang yang sering diberikan dan menumbuhkan getar sendiri di hati Karin. Rasanya Karin tak percaya Anang mampu melakukannya.

Ho, Karin sungguh ingin melupakan Anang. Cowok itu tak pantas menerima cinta Karin. Ya. Kasih tulus yang selalu dipagarinya dengan kesetiaan. Dari pagar yang telah hancur itu, Karin tidak mau memunguti puing-puingnya untuk dirangkai kembali menjadi pagar yang lebih bagus dan indah. Yang lebih menjanjikan segalanya dari sebelumnya. Tidak akan!

 **

“Aku mau bicara, Rin. Jangan menghindar lagi,” sebuah suara berat telah menahan langkah Karin. Pergelangan tangannya telah dipegang erat oleh Anang. Karin tak berani menoleh. Ah, betapa dia merindukan suara itu.

“Lepaskan!”bentak Karin galak. Dicobanya menentang tatapan Anang. Tapi yang terjadi kemudian Karin kembali mengeluh pendek. Betapa dia juga merindukan tatapan teduh milik Anang.

“Tidak akan sebelum aku bisa bicara denganmu.”

“Nggak ada yang perlu dibicarakan,”bantah Karin. Matanya segera dialihkan ke arah lain. Lama sekali dia tidak berjumpa dengan Anang. Cowok itu sedikit kurusan. Hm, teman-teman Karin memang pintar menjaganya sehingga tak bertemu Anang selama ini. Dn hari ini, Anang berhasil menemukannya. Ah, seharusnya tadi Karin tak menolak ajakan Lina untuk mampir di perpustakaan.

“Aku kangen,”ucap Anang lirih.

Karin melotot. Rasanya mau marah dan memaki cowok gombal di dekatnya. Tapi tidak. Tidak ada kebencian di sinar matanya. Dan Karin mengutuk dan menyesali kebodohannya sendiri. Dengan kasar Karin berusaha melepas tangannya yang masih digenggam Anang. Setelah berhasil, gadis itu bergerak cepat. Tapi gerakan Anang lebih cepat. Langkah Karin terhadang lagi.

“Tak ada waktu kah untuk kita bicara sebentar?” Anang bertanya pelan.

Maunya Karin menggeleng. Tapi sia-sia. Tatapan penuh harap Anang meluluhkan pertahanan hatinya. “Bicaralah. Aku tak mau mendengar kalimat gombalmu seperti tadi.”

Anang tak menyahut. Dia menarik Karin menjauh dari kerumunan yang masih tersisa dari gerombolan beberapa mahasiswa yang lalu lalang. Di bawah pohon Akasia, Anang menghentikan langkahnya, dan mendudukkan Karin di sebelahnya. Untuk beberapa saat mereka diam. Karin menunggu.

“Namanya Regine,”ujar Anang setelah mengatur jalan napasnya.

Karin diam. Dadanya bergejolak menahan amarah.

“Anak Ekonomi juga. Satu kelas. Gadis baik yang selalu manja padaku. Aku nggak mampu menolak ajakannya untuk menemani dia nonton waktu itu.”

“Dia tahu kamu sudah punya aku?”

“Ya.”

Jawaban Anang membuat Karin ingin menjerit. Tak habis mengerti. Kalau keduanya tahu ada aku. Mengapa perbuatan bodoh itu masih dilakukannya? Batin Karin. Tanpa Karin mau sudut matanya mulai mengembang dan basah oleh air mata.

“Aku nggak bermaksud menyakiti kamu, Rin. Aku sayang kamu. Sungguh. Maafkan aku.”

“Tapi kamu membohongi aku,”Karin mendesis.

“Aku janji tak akan mengulanginya lagi,”Anang bersungguh-sungguh.

Karin melihat kesungguhan itu. Tapi sakit yang disimpannya mengalahkan segalanya. Karin tertunduk dalam diam. Susah payah dia berusaha menghilangkan genangan air matanya. Dia nggak ingin terlihat cengeng dan rapuh di mata Anang. Dia harus tegar. Bukankah beberapa hari terakhir tanpa Anang sudah terbiasa dijalaninya? Dan Karin tak kuasa menolak ketika Anang menggenggam jemarinya.

“Kamu memaafkan aku kan, Rin? Dan mengijinkan aku mengisi hari-harimu lagi?”

Karin mendongakkan kepalanya. Matanya menatap Anang dengan tajam. Getar kerinduan datang lagi. Hari-hari manis yang pernah dirajutnya bersama Anang. Bagai berlomba mengajak hatinya untuk luruh. Larut dalam kasih Anang kembali. Sesaat Karin dibuat gamang. Tidak! Jerit hatinya getir. Aku harus konsekwen dengan keputusan yang telah diambil walau sebenarnya amat menyakitkan, batin Karin.

“Aku sudah memaafkanmu sebelum kau memintanya.”Dengan lembut Karin melepas genggaman tangan Anang yang masih merangkum jemarinya.

Terlihat Anang menarik napas lega. Sementara Karin Cuma menghela napas ketika kembali dia menemukan kerjap bahagia di mata Anang. Kerjap yang harus segera Karin matikan!

“Tapi tidak untuk kembali memiliki hari dan hatiku,”Karin menyambung kalimatnya dengan tegas.

Anang menatap tak percaya. Matanya berkilat-kilat mencari bahwa Karin hanya bercanda. Tapi dia amat kecewa. Karena kesungguhan yang ditemukannya dari mata bagus milik Karin. “Tidak bisa diperbaiki?” tanyaya ragu. “Beri kesempatan itu bagiku.”

Karin diam. Dadanya meletup-letup ingin marah. Dinding kesetiaan yang selalu dijaganya telah Anang dikhianati. Karin tak ingin menatanya lagi. Kepercayaan akan kasih Anang telah sirna.Kekecewaan akan pengkhianatan yang Anang lakukan, menolak kehadiran Anang di sisinya lagi. Sakit itu terlalu dalam. Kemudian Karin menggeleng.

“Maafkan aku, Nang,”ujar Karin lirih. Hanya itu yang mampu diucapkan.

Karin bangkit dari duduknya. Melangkah meninggalkan Anang yang masih termangu dengan keputusan Karin. Ingin rasanya Karin berbalik. Memeluk Anang dengan erat. Dan meralat keputusan yang baru saja dia cetuskan di hadapan Anang. Namun Karin tak melakukannya. Harga  dirinya sebagai seorang wanita lebih menguasainya. Terlebih kesetiaan adalah sesuatu yang sangat diagungkan Karin. Karin tak terima kesetiaannya dianggap remeh oleh Anang. Walau Karin menemukan kesungguhan di mata Anang. Penyesalan dan permintaan maaf cowok itu. Namun tak mampu membuat Karin menerima Anang kembali di sisinya.

Karin makin menjauh. Sejauh hatinya yang tidak ada Anang lagi di sana. Birlah. Biarkan aku melangkah sendiri, batin Karin giris. Biar dia cari arti kesetiaan itu sendiri. Mungkin suatu hari nanti akan dia temukan seseorang, yang akan memberikan kesetiaan yang sama seperti yang dia miliki.

Selesai

1 komentar:

  1. http://taipannnewsss.blogspot.co.id/2018/04/5-tipe-orang-yang-paling-mudah-tergoda.html

    QQTAIPAN .ORG | QQTAIPAN .NET | TAIPANQQ .VEGAS |
    -KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
    Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
    Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
    1 user ID sudah bisa bermain 8 Permainan.
    • BandarQ
    • AduQ
    • Capsa
    • Domino99
    • Poker
    • Bandarpoker.
    • Sakong
    • Bandar66
    Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
    Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
    customer service kami yang profesional dan ramah.
    NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
    Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
    Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
    • WA: +62 813 8217 0873
    • BB : D60E4A61
    • BB : 2B3D83BE
    Come & Join Us!

    BalasHapus